7 Pemain Brasil yang Kariernya Sempat Berkembang lalu Turun Drastis
Oleh Arief Hadi Purwono
Menjaga konsistensi bermain merupakan hal tersulit yang dapat dilakukan dalam sepak bola. Talenta dan kerja keras saja tidak cukup apabila di tiap laga pemain inkonsisten bermain. Tak ayal jika bisa mengombinasikan ketiganya dengan baik maka pemain itu bisa menjadi bintang di Eropa.
Pun demikian ketujuh pemain Brasil di bawah ini. Mereka punya talenta besar ala khas Negeri Samba dan sempat bersinar, berkembang di awal kariernya di Eropa namun lambat laun menurun di penghujung karier. Berikut penjabaran 90min.com:
1. Oscar
Sempat digadang-gadang sebagai suksesor Kaka kala ia bermain di Sao Paulo (2008-2010), Internacional (2010-2012), lalu dengan Chelsea pada medio 2012-2016. Namun di usia yang relatif masih muda (26 tahun) Oscar pergi ke Tiongkok.
Oscar gabung Shanghai SIPG dan membuang kariernya di Eropa. Alhasil pada usianya kini berumur 28 tahun performa Oscar relatif biasa-biasa saja dan tidak terdengar di Eropa. Oscar punya 47 caps dan 12 gol untuk Timnas Brasil.
2. Luis Fabiano
Pencetak gol ulung khususnya ketika bermain di Sevilla pada medio 2005-2011. Luis Fabiano memenangi dua titel Copa del Rey, Piala Super Spanyol, dua Piala Eropa (Liga Europa), dan satu Piala Super Eropa. Namun kariernya berangsur turun kala ia pergi dari Sevilla lalu bermain di Sao Paulo, Tianjin Quanjian, dan pensiun dengan Vasco da Gama pada 2017.
3. Kaka
Peraih Ballon d'Or 2007 melegenda bersama AC Milan pada medio 2003-2009 dan memenangi satu Scudetto, Piala Super Italia, Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Namun ketika pindah ke Real Madrid performanya menurun dan tak lagi sama.
Sempat kembali ke Milan pada 2013, Kaka kemudian ke Orlando City - sempat dipinjamkan ke Sao Paulo - dan pensiun pada 2017.
4. Grafite
Ada dalam skuat bersejarah Wolfsburg ketika menjuarai Bundesliga musim 2008/09. Pemain bernama lengkap Edinaldo Batista Libanio menjadi top skor bersama Edin Dzeko di bawah arahan Felix Magath. Grafite bermain di klub dari 2007-2011.
Sebelum di Wolfsburg Grafite bermain di Santa Cruz, Gremio, Anyang LG Cheetahs, Goias, dan Sao Paulo. Pasca bermain di Wolfsburg karier Grafite tak terdengar lagi hingga akhirnya pensiun dengan Santa Cruz pada 2018.
5. Adriano
Julukan The Emperor sudah membuktikan bagaimana media dan publik melihat Adriano pada era primanya bersama Flamengo, Inter Milan, dan Parma pada medio 2000-2009. Kaki kirinya memiliki tendangan yang keras dan fisik yang bagus.
Adriano meraih empat Scudetto, dua Coppa Italia, dan tiga Piala Super Italia bersama Nerazzurri. Kariernya perlahan menurun sejak pergi dari Inter dan kemudian pensiun setelah terakhir bermain di Miami United pada 2016.
Karier Adriano hancur karena kehidupan pribadinya di luar lapangan yang identik dengan kehidupan malam dan minuman beralkohol. Adriano bahkan pernah berurusan dengan obat-obatan terlarang dan diperiksa pihak kepolisian.
6. Cicinho
Kurang disiplin dan kebanyakan menenggak minuman beralkohol merusak kariernya dengan Real Madrid pada musim 2006/07. Alhasil produk akademi Botafogo bermain di AS Roma dan pensiun pada 2018 bersama Brasiliense. Penurunan kariernya disayangkan sebab Cicinho dapat bermain baik sebagai bek kiri dan juga kanan.
7. Diego
Bakatnya mulai tenar di Eropa kala Diego bermain di Jerman dengan Werder Bremen pada periode 2006-2009. Diego tipikal playmaker klasik yang sudah langka di era sepak bola modern. Akan tapi sejak ke Juventus performanya tak lagi sama.
Meski dimainkan sebagai trequartista dalam taktik 4-3-1-2 Diego tak bisa beradaptasi di Italia dan bertahan di Juventus hanya semusim. Setelahnya dia bermain di Wolfsburg, Atletico Madrid, Fenerbahce, dan saat ini masih memperkuat Flamengo pada usia 35 tahun.