7 Tim Terbaik yang Gagal Juara Liga Champions
Oleh Nanda Febriana
Baru-baru ini dalam sebuah wawancara pelatih Tottenham Hotspur, Jose Mourinho, menyatakan bahwa dirinya tidak cukup beruntung untuk bisa mengangkat trofi Liga Champions 2011/12 bersama Real Madrid. Mourinho bahkan mengaku menangisi kegagalan timnya kala itu.
Pada musim tersebut, Real Madrid tersisih di babak semifinal melalui adu penalti kontra Bayern Munich. Wajar jika Mourinho kemudian menangisi kekalahan ini mengingat timnya yang saat itu diperkuat Cristiano Ronaldo sedang dalam performa terbaik mereka dan kegagalan mereka menembus final disebabkan oleh tiga eksekutor andalan yang tidak sempurna melaksanakan tugasnya, Kaka, Ronaldo, dan Sergio Ramos.
Tetapi, bukan hanya Real Madrid saja yang sebenarnya menderita kegagalan menyesakkan seperti itu. Beberapa tim lainnya pun merasakan kepahitan yang sama, tampil bagus sepanjang musim namun gagal meraih trofi bergengsi Big Ear.
Berikut adalah 7 tim yang gagal menjuarai Liga Champions meski tampil luar biasa sepanjang musim.
1. Glasgow Rangers (1992/93)
Meski saat ini nama Glasgow Rangers cenderung terbenam dalam persaingan di kancah Eropa, namun pada musim 1992/93 di bawah kepelatihan Walter Smith Rangers merupakan tim yang sangat disegani di daratan Britania.
Rangers gagal menembus final setelah hanya finis di posisi kedua grup di bawah Marseille yang kemudian menaklukkan AC Milan di final.
2. Valencia (2000 - 2004)
Bukan hanya Real Madrid dan Barcelona yang mewakili nama besar Spanyol di kancah Eropa pada awal 2000an. Ada juga Valencia di bawah komando Rafael Benitez yang bahkan dua kali menembus final edisi 2000 dan 2002 namun takluk dari Bayern Munich dan Los Blancos.
Diperkuat bintang-bintang berkualitas seperti Ruben Baraja dan Pablo Aimar, Valencia mengobati kekecewaan tersebut dengan menjuarai La Liga pada musim 2001/02 dan meraih Piala UEFA pada 2003/04.
3. Arsenal 2003/04
Arsenal memang menuju final pada 2006, dan kalah dari Barcelona, namun skuat terbaik mereka justru lahir dua musim sebelumnya saat Thierry Henry dkk menjadi kampiun Inggris dengan catatan tidak terkalahkan sepanjang musim.
Perjalanan The Gunners di musim ini terhenti di tangan Chelsea pada babak perempat final, dengan full back Wayne Bridge menjadi pahlawan kemenangan si Lonon Biru di Highbury.
4. Chelsea 2004/05
Chelsea menjalani musim yang luar biasa pada 2004/05 di bawah arahan Jose Mourinho. Kucuran dana tak terbatas dari Roman Abramaovich menyulap The Blues menjadi tim tangguh di Eropa dalam semalam.
Sayangnya meski menjuarai Liga Primer Inggris pada musim tersebut, dengan hanya kebobolan 15 gol dalam 38 laga, The Blues gagal menembus final akibat gol hantu pemain Liverpool Luis Garcia. Padahal pada babak-babak sebelumnya, Chelsea bisa menyingkirkan dua raksasa Eropa seperti Barcelona dan Bayern Munich.
5. Atletico Madrid (2014-2016)
Atletico Madrid mengulang sejarah Valencia, sama-sama berhasil mematahkan dominasi Barcelona dan Real Madrid di kancah domestik namun takluk dari salah satunya di final Liga Champions.
Pasukan Diego Simeone menjadi kampiun La Liga pada 2013/14 dan berjumpa dengan rival sekota Real Madrid di final Liga Champions. Mereka kalah dalam pertarungan 120 menit dan kembali menjejakkan kaki di final dua tahun berselang, kalah dari lawan yang sama, melalui adu penalti.
6. Juventus (2015-2017)
Kedatangan Massimiliano Allegri ke Turin membangkitkan jiwa raksasa Juventus di kancah Eropa setelah hanya mampu mendominasi Serie A di bawah Antonio Conte. Eks pelatih AC Milan itu berhasil membawa Juventus menembus final Liga Champions dua kali pada 2015 dan 2017.
Tapi mereka tak mampu lebih perkasa dari dua raksasa Matador, Barcelona dan Real Madrid. Satu hal lainnya yang cukup disayangkan adalah performa La Vecchia Signora di dua final tersebut cenderung anti klimaks dengan kekalahan 1-3 dan 1-4.
7. Manchester City 2017 - Sekarang
Kedatangan dua kali juara Liga Champions, Pep Guardiola, di bangku pelatih Manchester City diharapkan bisa mengubah peruntungan Sergio Aguero dkk di Liga Champions. Setelah menembus semifinal pada edisi 204/15, City justru tak mampu menyamai atau melebihi pencapaian di era Manuel Pellegrini tersebut.
Musim lalu mereka bahkan kalah dramatis dari sesama klub Liga Primer Inggris, Tottenham Hotspur di babak perempat final. Musim ini kesempatan itu bisa jadi lebih baik setelah kemenangan 2-1 mereka atas tuan rumah Real Madrid di leg pertama 16 besar. Sayangnya kompetisi terhenti karena pandemi virus korona dan kemungkinan besar akan dibatalkan.
Penantian City untuk mengangkat trofi Big Ear bisa lebih lama lagi jika upaya banding skorsing dari kompetisi Eropa selama dua musim ke depan dinyatakan ditolak.