Bagaimana Perubahan Peraturan UEFA Memengaruhi Strategi Kontrak Chelsea?
- Chelsea memanfaatkan celah di peraturan akuntansi untuk memberi kontrak jangka panjang ke berbagai pemain.
- UEFA bergerak untuk menutup celah tersebut.
Oleh Dananjaya WP
Todd Boehly ingin dipandang sebagai sosok yang menciptakan gangguan, “menciptakan nilai ketika ada ruang yang kosong” dan “selalu berusaha memanfaatkan keuntungan dalam struktur yang tersedia.”
Ketika Boehly menjadi CEO Chelsea setelah proses akuisisi BlueCo (konsorsium Todd Boehly – Clearlake Capital) senilai 4,25 juta Miliar pada 2022, Boehly bergerak cepat untuk memanfaatkan celah dalam ruang keuangan sepak bola.
Celah itu dimanfaatkan dengan memberikan kontrak jangka panjang kepada pemain-pemain baru yang didatangkan. Pengusaha Amerika Serikat itu menemukan cara untuk mengeluarkan biaya lebih dari 500 juta Paun dalam dua bursa transfer namun tetap berada dalam batasan peraturan Financial Fair Play (FFP) yang diterapkan UEFA (Asosiasi Sepak Bola Eropa) maupun Liga Inggris.
Tetapi UEFA kini telah mengubah peraturan yang ada dan menutup celah yang dimanfaatkan oleh Chelsea. Bagaimana perubahan peraturan itu memberi dampak terhadap Chelsea dan klub-klub Eropa lainnya?
Bagaimana perubahan peraturan kontrak UEFA memengaruhi Chelsea?
Bagaimana Chelsea memanfaatkan peraturan kontrak di masa lalu?
Chelsea memanfaatkan prinsip akuntansi dengan nama amortisasi tahunan hingga tingkat maksimal dalam peraturan sebelumnya. Singkat kata, amortisasi adalah metode pencatatan yang digunakan untuk membagi nilai transfer seorang pemain dalam durasi kontrak pemain tersebut.
Sebagai contoh, Wesley Fofana menyepakati kontrak berdurasi tujuh tahun ketika ia didatangkan dari Leicester City dengan nilai transfer awal 70 juta Paun. Nilai transfer itu akan dicatatkan sebagai pengeluaran sebesar 10 juta Paun setiap tahun dalam pembukuan pihak klub (70 juta Paun dibagi tujuh tahun).
Apabila Fofana menyepakati kontrak berdurasi empat tahun, Chelsea akan mencatatkan pengeluaran senilai 17,5 juta Paun setiap tahunnya (70 juta Paun dibagi empat tahun).
Amortisasi hanya berlaku bagi pengeluaran yang dicatat bagi klub yang melakukan pembelian, dan tidak memengaruhi biaya yang dibayarkan kepada klub yang melakukan penjualan pemain.
Pemain-pemain lain seperti Enzo Fernandez, Mykhailo Mudryk, dan Benoit Badiashile juga mendapatkan kontrak berdurasi lebih dari lima tahun. Sementara Nicolas Jackson – yang direkrut pada musim panas 2023 ini – menyepakati kontrak berdurasi delapan tahun. Tetapi peraturan baru dari UEFA membuat prinsip serupa tidak berlaku bagi kontrak Nicolas Jackson.
Apa peraturan baru UEFA terkait kontrak pemain?
UEFA tidak dapat membatasi durasi kontrak yang disepakati oleh klub dan pemain – selama Asosiasi Sepak Bola sebuah negara tidak menerapkan peraturan tersebut – klub seperti Chelsea dapat menyepakati kontrak sepanjang apapun dengan pemain-pemain mereka.
Tetapi peraturan baru dari UEFA memastikan bahwa klub-klub hanya dapat mencatatkan amortisasi kontrak seorang pemain dalam durasi lima tahun. Walau Jackson mendapatkan kontrak delapan tahun dari The Blues, biaya transfer senilai 32 juta Paun hanya dapat dicatatkan sebagai pengeluaran 6,4 juta Paun (32 juta Paun dibagi lima tahun).
Apabila masih menggunakan peraturan yang lama, maka Chelsea hanya mencatatkan pengeluaran sebesar 4 juta Paun per tahun (32 juta Paun dibagi delapan tahun).
Sebuah klub masih dapat memperpanjang durasi amortisasi tersebut dengan memperpanjang kontrak dari pemain yang bersangkutan. Tetapi, batas amortisasi dengan durasi lima tahun akan tetap diterapkan dalam perpanjangan kontrak tersebut.
Komite eksekutif UEFA menerapkan perubahan tersebut agar klub-klub di Eropa diperlakukan dengan setara dari segi kondisi keuangan stabil yang berkelanjutan.
Chelsea tidak menjadi satu-satunya klub yang dibahas oleh UEFA ketika melakukan perubahan peraturan. Juventus – yang mendapat penalti sepuluh (10) poin dalam Liga Italia pada musim 2022/23 lalu – yang membuat mereka tidak dapat mengikuti Liga Champions – sebagai sanksi akibat pencatatan keuangan mereka. Salah satu aspek yang membuat Juve mendapat sanksi adalah pencatatan nilai pemain yang melebihi nilai wajar ketika melakukan kesepakatan pertukaran pemain.
Berdasarkan peraturan yang berlaku, UEFA akan berusaha untuk menutup segala peluang bagi sebuah klub untuk mencatatkan keuntungan yang berlebihan dari pertukaran pemain. Berdasarkan Standar Akuntansi Internasional (IAS) – yang memengaruhi pertukaran pemain – apabila nilai wajar seorang pemain tidak dapat ditentukan, maka klub tidak dapat mencatatkan keuntungan dari transaksi tersebut.
Mengingat upaya menentukan nilai wajar seorang pemain sangat sulit (tidak hanya dalam kesepakatan pertukaran pemain), perubahan ini dapat memberi kesulitan yang signifikan bagi akuntan untuk klub sepak bola di seluruh Eropa.
Kapan peraturan baru UEFA mulai berlaku?
Musim 2022/23 menjadi musim pertama dan terakhir bagi Chelsea untuk memanfaatkan celah dalam peraturan amortisasi kontrak pemain. Mulai dari 1 Juli 2023 – awal dari tahun keuangan baru dalam dunia sepak bola – peraturan baru dari UEFA mulai berlaku.
Apakah peraturan ini berlaku untuk musim sebelumnya?
UEFA memang merasa kesal dengan manuver keuangan yang dilakukan oleh Chelsea. Tetapi mereka tidak dapat menerapkan peraturan itu ke musim-musim sebelumnya (back-date). Chelsea akan tetap mencatatkan amortisasi yang sebelumnya berlaku bagi pemain-pemain yang mereka datangkan pada musim 2022/23.
The Blues juga aktif dalam upaya memperoleh pendapatan dari penjualan pemain. Klub yang bermarkas di Stamford Bridge itu sudah memperoleh lebih dari 130 juta Paun dari penjualan pemain sebelum 30 Juni, yang akan dicatatkan dalam periode keuangan 2022/23.