Bagaimana Xavi dan Joan Laporta Membangkitkan Barcelona
Oleh Dananjaya WP
Krisis yang dirasakan oleh Barcelona memberi dampak signifikan pada klub tersebut pada awal musim 2021/22. Klub yang bermarkas di Camp Nou itu gagal memperpanjang kontrak Lionel Messi, yang kemudian hengkang ke PSG. Permasalahan finansial memaksa penjualan atau peminjaman pemain, serta pemotongan gaji.
Ronald Koeman yang mengisi posisi pelatih utama pada awal musim hanya mampu bertahan hingga 28 Oktober. Secara mengejutkan, Xavi didatangkan kembali untuk menjadi pengganti. Beberapa bulan kemudian, Joan Laporta kembali menjadi Presiden setelah memenangi proses pemilihan.
Kembalinya kedua sosok itu menjadi kunci bagi kebangkitan tim senior pria FC Barcelona untuk bangkit sejauh ini.
4. Peningkatan yang Perlahan Namun Pasti
Barcelona mencatatkan empat kemenangan, empat seri, dan tiga kekalahan dalam kompetisi La Liga saat Ronald Koeman masih menjabat sebagai pelatih. Catatan yang lebih mengkhawatirkan terlihat jelas dalam ajang Liga Champions. Dua kekalahan beruntun dalam kompetisi itu membuat peluang Barca lolos dari Grup E menipis.
Pada akhirnya, kekalahan 0-1 dari Rayo Vallecano menjadi laga terakhir yang dijalani oleh Koeman sebagai pelatih Blaugrana. Sergi Barjuan ditunjuk sebagai pengganti. Barjuan memimpin Barca mendapat dua hasil imbang dalam ajang La Liga dan satu kemenangan dalam ajang Liga Champions.
Xavi kembali untuk menjadi pelatih utama dan sejauh ini memberi dampak yang diharapkan. Secara perlahan – namun pasti – Barca mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam kompetisi La Liga, Sergio Busquets dan rekan-rekannya mencatatkan sebelas kemenangan, empat seri, dan satu kekalahan. Sejak Xavi menjadi pelatih, Barca mendapat 36 poin, hanya tertinggal satu poin dari Real Madrid (37 poin) dalam periode tersebut.
Barca pada akhirnya tersingkir dari Grup E Liga Champions, namun turun ke Liga Europa akibat finis di peringkat ketiga grup tersebut. Xavi sukses memimpin timnya menyingkirkan Napoli dan Galatasaray, dan kini mencapai babak perempat final sebagai salah satu tim unggulan di kompetisi tersebut.
3. Perubahan Kebijakan Rekrutmen yang Signifikan
Krisis finansial yang masih berlangsung di Barcelona membuat kebijakan transfer mereka terus mendapat sorotan yang tinggi. Pada awal musim 2021/22, La Liga menetapkan batas pengeluaran sebesar 97 juta Euro. Nilai tersebut menurun secara signifikan dari musim sebelumnya, dengan pengurangan sebesar 284 juta Euro.
Batas tersebut memberi hambatan dalam upaya mendatangkan pemain-pemain baru. Walau demikian, kebijakan darurat diterapkan dengan menyepakati kontrak yang meliputi pemotongan gaji dengan beberapa pemain. Selain itu, terdapat beberapa pemain yang dilepas secara permanen, pinjaman, hingga dikembalikan demi mengurangi pengeluaran gaji.
Yusuf Demir dikembalikan ke Rapid Wien, Miralem Pjanic dan Inaki Pena dipinjamkan ke Turki, Philippe Coutinho dipinjamkan ke Aston Villa, dan Alex Collado ke Granada. Selain itu, kontrak Matheus Fernandes diputus lebih cepat, Konrad de la Fuente dijual ke Marseille, Jean-Clair Todibo ke Nice, Junior Firpo ke Leeds United, Sergio Akieme ke Almeria, Carles Alena ke Getafe, Ilaix Moriba ke RB Leipzig, dan Emerson Royal ke Tottenham Hotspur.
Saat bursa transfer Januari 2022 dibuka, Barca memiliki ruang yang memadai untuk mendatangkan pemain-pemain baru. Dani Alves dan Pierre-Emerick Aubameyang direkrut dengan status bebas transfer. Ferran Torres didatangkan dari Manchester City, sementara Adama Traore dengan status pinjaman dari Wolverhampton Wanderers. Keempat pemain itu mampu memberi dampak yang diharapkan sejauh ini.
Peran Joan Laporta sebagai Presiden dan Mateu Alemany sebagai Direktur Sepakbola tidak dapat dianggap remeh sebagai kesuksesan rekrutmen ini. Secara khusus, Alemany memiliki pengalaman beroperasi dalam kondisi krisis ketika menjabat di Valencia. Sedangkan Laporta sejauh ini dapat menunjukkan citra bahwa Barca akan segera bangkit.
2. Keberhasilan Memanfaatkan Pemain Generasi Baru
Status La Masia sebagai akademi yang ideal untuk perkembangan pemain muda memudar dalam enam hingga delapan tahun terakhir. Ambisi untuk membangun tim super dengan mendatangkan berbagai pemain bintang tidak hanya membuat nerasa keuangan Barca rusak, tetapi juga merugikan akademi klub tersebut.
Kini terdapat upaya yang nyata untuk memanfaatkan pemain-pemain muda yang memiliki potensi tinggi. Kesempatan bermain diberikan kepada pemain-pemain seperti Nico, Gavi, Ferran Jutgla, Ez Abde, hingga Ilias Akhomach (Pedri tidak termasuk karena ia didatangkan dari Las Palmas).
Walau terdapat tingkat kesuksesan yang beragam (hal yang wajar dengan pemain-pemain minim pengalaman), waktu bermain yang diberikan kepada pemain-pemain yang lebih muda juga memberi dampak positif mengingat beban yang dirasakan bintang muda seperti Pedri dan Ansu Fati berkurang.
1. Xavi Memberi Perubahan di dalam Maupun Luar Lapangan
Xavi kembali ke klub yang memberi kesuksesan tinggi dalam kariernya sebagai pemain, yang kini berada dalam kondisi krisis. Krisis finansial hingga kepercayaan diri pemain-pemain kunci menjadi dua hambatan utama yang ‘menyambut’ Xavi di Camp Nou.
Krisis finansial bukan menjadi aspek yang dapat dikendalikan atau diakhiri oleh sang pelatih. Sementara dari sisi lainnya, Xavi berhasil memberi pengaruh yang signifikan. Hasil di dalam lapangan sudah terlihat jelas. Barcelona naik ke peringkat ketiga klasemen sementara La Liga dan dapat menutup musim di posisi empat besar.
Mereka juga lolos ke babak perempat final Liga Europa, bahkan berkembang sebagai salah satu tim yang diunggulkan untuk meraih gelar juara. Perubahan filosofi yang terlihat minor menjadi salah satu penentu. Barca saat ini nampak lebih mengutamakan permainan intensitas tinggi dan tidak segan memanfaatkan umpan silang, dibandingkan upaya mengendalikan laga dengan penguasaan bola yang tinggi.
Xavi juga sukses membangkitkan karier beberapa pemain yang signifikan, yaitu Pierre-Emerick Aubameyang dan Ousmane Dembele. Aubameyang kini menjadi sosok yang diandalkan di lini depan setelah dicoret dari skuad Arsenal dan kontraknya diputus. Sementara Ousmane Dembele yang sempat dicemooh suporter Barcelona terkait penolakan untuk memperpanjang kontrak, kini kembali menjadi salah satu sosok kunci di sisi sayap.
Pengaruh di luar lapangan juga diberikan oleh Xavi. Dilansir dari The Athletic, peningkatan kedisiplinan sudah diupayakan dengan adanya sepuluh peraturan baru yang harus dipatuhi. Performa, kedisiplinan, kekompakan meningkat akibat adanya perubahan beberapa peraturan.
Upaya peningkatan kebugaran pemain juga terus dilakukan, setelah adanya rekam jejak cedera yang buruk dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan juga dilakukan dengan mengganti hotel yang digunakan. Selain mengurangi pengeluaran, pemain juga diminta untuk sadar bahwa mereka harus lebih disiplin.
Kemenangan telak dalam El Clasico atas Real Madrid menjadi bukti yang signifikan. Xavi berhasil membaca perubahan yang dilakukan Carlo Ancelotti akibat absennya Karim Benzema dan Ferland Mendy dengan tepat sehingga Pierre-Emerick Aubameyang dan Ousmane Dembele dapat bersinar.
Bahkan Sergio Busquets yang dapat disebut sudah melewati masa performa prima tampil maksimal pada pertandingan ini. Masa depan Xavi sebagai pelatih Barca dapat dikatakan cerah, dan kemenangan ini menjadi simbol yang penting bagi era baru di klub tersebut.