12 Bek Terbaik Pada Era 1990an

Paolo Maldini
Paolo Maldini / Alessandro Sabattini/Getty Images
facebooktwitterreddit

Posisi bek memang tak sepopuler dan sekomersil dua posisi yang berdiri di depan mereka, gelandang dan penyerang, namun peran mereka sama pentingnya. Melindungi garis pertahanan dan gawang tim bukan lah perkara mudah, terutama saat harus berhadapan dengan lawan yang memiliki komposisi gelandang dan penyerang jempolan.

Era 90an sudah berlalu selama dua dekade, tapi ke-12 bek ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya sudah melampaui zamannya. Maka tak mengherankan jika kami memilih mereka sebagai bek terbaik era 90an. Siapa saja?


1. Laurent Blanc

Laurent Blanc
Laurent Blanc / GABRIEL BOUYS/Getty Images

Kepemimpinannya di atas lapangan membuat Laurent Blanc mendapat julukan Le President. Keberhasilannya membawa Prancis menjuarai Piala Dunia 1998, meski tak bermain di laga final karena akumulasi kartu, menjadi puncak kariernya yang diwarnai dengan pengalaman bermain bersama sejumlah klub top seperti Inter Milan, Barcelona, dan Manchester United.


2. Marcel Desailly

Rekan seperjuangan Blanc di jantung pertahanan Les Bleus saat Piala Dunia 1998 ini dikenal sebagai bek yang bermain lugas dan agresif saat berduel dengan lawan-lawannya. Marcel Desailly juga mampu memainkan peran gelandang bertahan saat dibutuhkan.

Dia juga menjadi salah satu dari sedikit pemain yang berhasil menjuarai Liga Champions dengan dua klub yang berbeda saat dirinya mengangkat trofi Big Ear dalam dua musim beruntun besama Marseille (1992/93) dan AC Milan (1993/94).


3. Paolo Maldini

Paolo Maldini di MIlan
Paolo Maldini di MIlan / Laurence Griffiths/Getty Images

Paolo Maldini adalah teladan bagi siapa pun yang ingin merintis karier sebagai bek tanpa harus bermain keras dan mengutamakan kecerdasan taktikal.

Dia menjadi satu-satunya bek dalam daftar ini yang mampu menunjukkan kehebatannya dalam tiga dekade. Buktinya dia mempersembahkan lima trofi Liga Champions untuk AC Milan yang terbentang dalam tiga dekade dan berhasil meraih posisi ketiga Ballon d'Or pada 1994 dan 2003.


4. Alessandro Nesta

Namanya mulai menarik perhatian jelang akhir 90an saat Sven Goran-Eriksson mempercayainya menjadi kapten Lazio di usia yang masih begitu belia, 17 tahun. Dia juga mengantar tim ibukota Italia itu meraih Scudetto pada musim 1999/2000.

Kehebtannya berlanjut pada dekade 2000an bersama AC Milan dengan dirinya mempersembahkan dua trofi Liga Champions dan Serie A serta menjadi bagian dari skuat tim nasional Italia yang menjuarai Piala dunia 2006.


5. Fernando Hierro

Fernando Hierro di Timnas Spanyol
Fernando Hierro di Timnas Spanyol / TOSHIFUMI KITAMURA/Getty Images

Dirinya mungkin tidak menjadi bagian dari generasi emas Spanyol di akhir dekade 2000an dan awal 2010an yang merajai turnamen internasional, tapi Fernando Hierro punya ceritanya sendiri sebagai pemain Real Madrid.

Sebagai bek Los Blancos, Hierro dikenal memiliki kecepatan dan jangkauan umpan bagus yang memungkinkan dirinya berontribusi pada skema serangan timnya. Lima trofi La Liga dan dua trofi Liga Champions menjadi bukti solid atas pengaruh Hierro di Santiago Bernabeu.


6. Cafu

Full back yang melampaui zamannya saat dirinya menunjukkan bagaimana seorang pemain dari posisinya bisa banyak berperan dalam meneror pertahanan lawan. Cafu juga memiliki catatan membanggakan di arena internasional saat dirinya berhasil membawa Brasil menjadi juara Piala Dunia sebanyak dua kali pada 1994 dan 2002.


7. Lothar Matthaus

Lothar Matthaus
Lothar Matthaus / STAFF/Getty Images

Juga bisa berperan sebagai seorang gelandang bertahan membuat Lothar Matthaus menjadi sosok yang begitu diidamkan banyak tim dengan ketenangannya mengoordinasi sistem pertahanan tim nasional Jerman dan Bayern Munchen.

Keberhasilannya membawa Jerman menjuarai Piala Dunia 1990 dengan kontribusi yang menonjol membuatnya diganjar dengan penghargaan Ballon d'Or di tahun yang sama.


8. Franco Baresi

Sang bek Italia ini juga sama dengan Maldini yang menunjukkan kehebatannya dalam lintas dekade, meski dalam kasus Franco Baresi dia hanya bersinar selama dua dekade.

Menjadi bagian dari tim AC Milan yang menakutkan di pertengahan 80an, Baresi terus membawa Rossoneri berjaya hingga pertengahan 90an saat dirinya menjadi bagian penting dari skuat juara Liga Chapions 1994.

Sebagai bek Baresi adalah sosok yang mmeiliki keseimbangan dalam hal stamina dan pendekatan taktik. Cepat, fokus, kuat dalam permainan yang mengandalkan fisik, namun tetap elegan.


9. Jaap Stam

Jaap Stam
Jaap Stam / Alex Livesey/Getty Images

Menjadi bagian dari skuat bersejarah Manchester United yang mengangkat tiga trofi, Liga Inggris, Liga Champions, dan Piala FA, pada musim 1998/99, Jaap Stam adalah salah satu bek terbaik di atas lapangan hijau jelang akhir 90an.

Beberapa penghargaan individu bergengsi yang diraih pria asal Belanda ini adalah UEFA Club Best Defender of the Year sebanyak dua kali pada 1998/99 dan 1999/2000.


10. Roberto Carlos

Dia akan selamanya dikenang karena tendangan bebas 'pisang' ikoniknya yang membuat kiper-kiper lawan tak berdaya. Tapi kemampuan Roberto Carlos sebagai seorang full back tak terbatas pada kualitas itu saja.

Pria asal Brasil ini merupakan full back yang rajin naik membantu serangan dan menusuk cukup dalam ke jantung pertahanan lawan. Kepercayaan dirinya saat mengolah bola diimbangi dengan fokus yang akurat saat harus turun kembali untuk bertahan.


11. Matthias Sammer

Matthias Sammer
Matthias Sammer / Simon Bruty/Getty Images

Sama halnya dengan Matthaus, Matthias Sammer adalah sedikit dari bek yang mampu beroperasi sebagai gelandang. Kualitasnya yang serbabisa membuat diirnya pernah meraih penghargaan dari Kicker untuk posisi bek terbaik dan gelandang terbaik pada pertengahan 1990an.

Namun itu bukan penghargaan tertinggi yang diterimanya dengan dirinya juga menjadi Pemain Terbaik Jerman sebanyak dua kali dan juga menjadi Pemain Terbaik Piala Eropa 1996, saat dirinya berhasil membawa Jerman menjuarai turnamen empat tahunan tersebut.


12. Ronald Koeman

KOEMAN BARCELONA
KOEMAN BARCELONA / Shaun Botterill/Getty Images

Sedikit sekali bek yang memiliki kemampuan mengeksekusi bola mati seperti Ronald Koeman dan hal itu dibuktikannya dengan catatan 102 gol dalam enam musim bersama Barcelona dari akhir 80an. Sebuah catatan mengesankan ditorehkannya dengan berhasil mencetak gol dari 25 eksekusi penalti secara beruntun semasa berseragam Barca.

Dia juga berperan penting membawa Blaugrana meraih trofi Big Ear pertama mereka pada 1992, selain lima trofi La Liga.