FIGC Siap Tolak Kemungkinan Serie A Akhiri Musim 2019/20 Tanpa Juara dan Degradasi

Serie A
Serie A / Silvia Lore/Getty Images
facebooktwitterreddit

Pandemi Covid-19 terus memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan di selurun dunia. Sepakbola menjadi salah satu sektor industri besar yang terus mendapatkan sorotan terkait langkah yang akan diambil sebagai respon terhadap pandemi ini. Berbagai kompetisi di seluruh dunia masih harus ditunda hingga waktu yang belum dapat ditentukan atau bahkan terpaksa dihentikan. Prancis, Skotlandia, Belgia, dan Belanda menjadi empat negara di Eropa yang terpaksa menghentikan sisa kompetisi musim 2019/20.

Serie A menjadi salah satu kompetisi besar di Eropa yang masih memiliki niat untuk menyelesaikan sisa kompetisi musim 2019/20. Setelah melalui proses pengembangan protokol yang cukup lama, seiring dengan pulihnya kondisi di Italia, rangkaian pertandingan sepakbola di negara tersebut direncanakan akan kembali berlanjut pada 21 Juni. Terdapat rencana untuk menjalani sisa 124 pertandingan dalam rentang waktu 44 hari.

Kemungkinan untuk mengakhiri musim 2019/20 menjadi salah satu hal yang dapat terjadi. Kekhawatiran mengenai gelombang kedua virus Covid-19 di Italia terus dipertimbangkan oleh seluruh pihak terkait. Keadaan ini juga membuka kemungkinan untuk mengakhiri musim tanpa juara dan degradasi, hal yang dapat terjadi mengingat terdapat beberapa tim yang belum menjalani laga dengan jumlah serupa dibandingkan dengan sebagian tim lainnya.

Namun, Football Italia mengabarkan bahwa langkah tersebut akan ditolak oleh FIGC (Asosiasi Sepakbola Italia). Sebelumnya wacana tersebut sudah diajukan dalam pertemuan antara pengelola Serie A dan seluruh klub peserta. Terdapat 16 klub yang setuju dengan rencana untuk mengakhiri musim tanpa juara maupun degradasi, dengan sisa empat klub yang tidak menggunakan hak suara mereka (abstain).

Solusi serupa digunakan ketika Belanda menghentikan kompetisi Eredivisie dan Eerste Divisie (divisi pertama dan kedua), tetapi langkah tersebut membuat beberapa klub mengajukan tuntutan. Ligue 1 dan Ligue 2 (divisi pertama dan kedua di Prancis) menggunakan sistem perkiraan poin per pertandingan, namun langkah tersebut juga membuat terdapat beberapa klub yang memutuskan untuk mengajukan tuntutan akibat merasa dirugikan.