Gianni Infantino Balas Kritik Terkait Penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar
Oleh Dananjaya WP
Piala Dunia 2022 akan diadakan di Qatar mulai dari Minggu (20/11). Pertandingan antara Qatar dan Ekuador akan menjadi momen pembuka turnamen interkontinental tersebut. Turnamen ini diikuti oleh 32 negara peserta yang terbagi ke dalam delapan grup, dengan dua tim yang lolos dari setiap grup.
Status Qatar sebagai tuan rumah mendapat sorotan tinggi sejak diumumkan pada 2010. Kritik datang dari berbagai pihak, dan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Penggunaan tenaga kerja migran yang menghasilkan banyak korban (dengan jumlah yang tidak dipublikasikan), jadwal yang padat untuk mengakomodir kepindahan waktu turnamen, hingga catatan HAM menjadi bahan pembicaraan.
Presiden FIFA, Gianni Infantino, menjadi salah satu sosok yang sering membela keputusan pendahulunya (Sepp Blatter) untuk memberikan status tuan rumah kepada Qatar. Dalam konferensi pers satu hari sebelum pembukaan turnamen, Infantino kembali menyatakan pembelaan terhadap Qatar.
“Hari ini saya memiliki perasaan yang kuat. Saya merasa seperti warga Qatar. Saya merasa sebagai bagian dari penduduk wilayah Arab. Saya merasa seperti penduduk dari benua Afrika. Saya merasa gay. Saya merasa menderita disabilitas. Saya merasa seperti pekerja migran.
“Saya bukan warga Qatar, Afrika, gay, penderita disabilitas, dan saya bukan pekerja migran, tetapi saya paham perasaan ketika mendapatkan diskriminasi dan perundungan, sebagai warga asing di negara yang berbeda, sebagai anak di sekolah saya mendapatkan perundungan karena rambut saya berwarna merah dan ada jerawat di muka saya,” ucap Gianni Infantino dalam konferensi pers jelang pembukaan Piala Dunia 2022.
Infantino menegaskan bahwa FIFA memiliki kepedulian terhadap nasib pekerja migran di Qatar. Mantan Sekretaris Jenderal UEFA (Asosiasi Sepak Bola Eropa) itu juga memberikan kecaman terhadap minimnya kepedulian terhadap turnamen yang diadakan FIFA bagi penderita disabilitas.
Selain itu, Infantino menganggap Eropa tidak memiliki hak untuk memberi ajaran moral terhadap dunia setelah memiliki catatan historis yang buruk dalam 3000 tahun. Infantino juga mengatkan bahwa Eropa dapat mencontoh Qatar dalam membentuk struktur legal yang dapat membuka lapangan kerja bagi pekerja migran.
Infantino bahkan mengatakan bahwa ia terbuka dengan peluang untuk mengadakan turnamen di Iran agar dapat membuka perubahan di negara tersebut. Ia juga menambahkan bahwa ia sudah mencoba untuk membuka dialog untuk mengadakan turnamen sepak bola wanita dengan Korea Utara dan Selatan sebagai tuan rumah, namun upaya tersebut gagal.