Kilas Balik Perjalanan Dua Tuan Rumah Piala Dunia 2002, Jepang dan Korea Selatan
Oleh Arief Hadi Purwono
Setiap edisi Piala Dunia memiliki cerita. Tak bisa dibandingkan antara satu dengan lainnya, entah itu karena pengaruh sepak bola modern atau teknologi yang sudah semakin maju. Pun demikian dari cerita di Piala Dunia 2002 yang tak lekang oleh waktu.
Semua serba pertama di Piala Dunia 2002. Apa saja? Pertama pada 2002 Piala Dunia untuk kali pertama diadakan di Asia, lalu yang kedua untuk kali pertama juga Piala Dunia menghadirkan dua tuan rumah.
Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Meksiko pada awalnya menjadi pihak yang mengajukan diri untuk jadi tuan rumah.
Kemudian persaingan mengerucut menjadi Jepang dan Korsel, lalu setelahnya dengan adanya keterlibatan Presiden Asosiasi Sepak Bola Asia (AFC), Sultan Ahmad Shah, beserta Joao Havelange (Presiden FIFA) dan Lennart Johansson (Presiden UEFA), hasil pun diputuskan Korsel dan Jepang jadi tuan rumah Piala Dunia 2002.
Kala keputusan dibuat Jepang sebelumnya tak pernah lolos Kualifikasi Piala Dunia. Piala Dunia di Asia pun menjadi masalah bagi fans sepak bola Eropa karena perbedaan waktu, tapi acara tetap berlanjut.
Adapun 32 tim yang berpatisipasi di dalamnya adalah Argentina, Brasil, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Korsel, Spanyol, Belgia, Kroasia, Denmark, Inggris, Polandia, Portugal, Republik Irlandia, Rusia, Slovenia, Swedia, Turki, China, Ekuador, Paraguay, Arab Saudi, Uruguay, Kamerun, Kosta Rika, Meksiko, Nigeria, Senegal, Afrika Selatan, Tunisia, dan Amerika Serikat.
Menilik fakta Piala Dunia 2002 diadakan di Jepang dan Korsel, perjalanan mereka kala itu layak jadi perhatian khususnya Korsel. Kedua klub memiliki nama-nama top yang tak kalah hebat dari mereka yang berkarier di Eropa. Perjalanan dimulai dari Jepang.
Jepang
1. Perjalanan Menuju 16 Besar
Jepang berada di grup H yang berisikan Belgia, Rusia, dan Tunisia. Tentu saja Belgia kala itu tidak memiliki nama-nama top seperti saat ini yang diperkuat Eden Hazard, Kevin De Bruyne, Romelu Lukaku, dan dilatih Roberto Martinez.
Tidak banyak yang memperhitungkan Belgia kala itu di bawah arahan Robert Waseige. Pun demikian Rusia dan Tunisia. Jadi persaingan di grup ini relatif ketat, tetapi Jepang di bawah asuhan pelatih asal Prancis Philippe Troussier mendapatkan dukungan dari tuan rumah.
Benar saja, Tsuneyasu Miyamoto dkk keluar sebagai pemuncak klasemen grup dengan tujuh poin, hasil dari dua kemenangan dan sekali imbang. Jepang menang atas Rusia (1-0) dan Tunisia (2-0) serta imbang melawan Belgia (2-2). Kemenangan melawan Rusia di Yokohama juga jadi kemenangan perdana Jepang di ajang Piala Dunia.
Jepang melaju ke-16 besar dan melawan Turki di Miyagi Stadium, Rifu. Turki besutan Senol Gunes unggul cepat di menit 12 dari gol penyerang mereka, Umit Davala, dari situasi bola mati dan tandukkan kepala.
Jepang yang dimotori Junichi Inamoto coba membalasnya dan bermain gigih. Akan tapi Turki bermain dengan gigih mempertahankan keunggulan itu dan perjalanan Jepang pun kandas di 16 besar. Wasit di laga tersebut dipimpin oleh wasit legendaris Pierluigi Collina.
2. Kolektivitas dalam Skuad Jepang
Berbeda dari Jepang di masa kini dengan banyaknya pemain-pemain yang bermain di Eropa, skuad Jepang pada 2002 mengandalkan kolektivitas pemain-pemain yang bermain di liga lokal.
Itu bisa dilihat dengan hanya adanya empat pemain yang berkarier di Eropa yakni Yoshikatsu Kawaguchi (Portsmouth), Junichi Inamoto (Arsenal), Hidetoshi Nakata (Parma), dan Shinji Ono (Feyenoord). Kendati demikian pencapaian Jepang hingga 16 besar layak diapresiasi.
Korea Selatan
3. Kejutan Besar dari Korsel
Dibanding Jepang, Korsel memang terlihat lebih siap menatap Piala Dunia 2002 dan itu bisa dilihat dari pelatih mereka. Ya, Korsel dibesut pelatih berpengalaman asal Belanda, Guus Hiddink.
Korsel berada di grup yang relatif berat dan berisikan Amerika Serikat, Portugal, dan Polandia. Korsel membuka laga dengan kemenangan 2-0 atas Polandia dan jadi kemenangan pertama mereka di Piala Dunia.
Kemudian pada laga kedua Korsel imbang 1-1 lawan Amerika Serikat dan kiper kedua tim, Brad Friedel dan Lee Won-jae, jadi bintang dengan aksi heroik mereka. Di laga berbeda Portugal menang 4-0 atas Polandia.
Di laga terakhir yang sangat krusial bagi Portugal di Incheon Munhak Stadium, Korsel menang 1-0 melalui gol tunggal Park Ji-sung. Korsel pun lolos ke fase gugur dengan tujuh poin (puncak klasemen) bersama Amerika Serikat.
Pada fase gugur inilah drama-drama pertandingan terjadi. Korsel menantang dua klub top Eropa dan sukses melaju hingga ke semifinal.
Di 16 besar Korsel melawan Italia di laga penuh drama dan kontroversial – tapi kami tidak akan membahas kontroversi tersebut. Italia salah satu favorit juara di bawah asuhan Giovanni Trapattoni dan punya nama-nama legendaris.
Gianluigi Buffon, Christian Panucci, Paolo Maldini, Christian Vieri, Alessandro Del Piero, Francesco Totti hanya beberapa contoh nama top dari Italia.
Korsel punya peluang unggul lebih awal dari penalti, tapi tendangan Ahn Jung-hwan ditepis oleh Buffon. Kegagalan itu dibayar dengan gol Vieri di menit 18, tapi perjuangan gigih Korsel membuahkan hasil dengan drama gol yang tercipta di menit 88 di Daejeon World Cup Stadium, yang dicetak oleh Seol Ki-Hyeon.
Pada babak tambahan Totti menerima kartu merah dan Ahn menebus kegagalan gol penalti itu dengan gol kemenangan. Gol tercipta di menit 117 dari tandukkan kepala dan menjadi golden goal, format ketika gol di babak tambahan yang membawa tim unggul mengakhiri laga. Korsel menang 2-1.
Di perempat final lawan kuat kembali menanti Jepang yakni Spanyol arahan Jose Antonio Camacho. Spanyol belum jadi kekuatan besar dengan permainan tiki taka mereka yang kemudian mendominasi Eropa dan dunia.
Tapi nama-nama dalam skuad La Furia Roja sudah ‘membutakan’ dunia seperti Iker Casillas, Carles Puyol, Fernando Hierro, dan Fernando Morientes.
Spanyol mencetak dua gol di waktu normal yang dihelat di Gwangju World Cup Stadium tapi kedua gol itu tidak disahkan wasit. Skor 0-0 sampai babak tambahan berakhir dan berlanjut ke drama adu penalti. Pada momen itu lima eksekutor Korsel menjalankan tugas dengan baik, sementara dari Spanyol Joaquin Sanchez gagal mencetak gol.
Korsel mencapai semifinal dan jadi tim pertama dari Asia yang mencapai empat besar di Piala Dunia. Melawan Jerman besutan Rudi Voller yang bermain efisien, Korsel kehabisan bensin dan kalah 0-1 melalui gol tunggal Michael Ballack (75’). Perjalanan Korsel pun berakhir, tapi kisah mereka di Piala Dunia 2002 terus dibicarakan.
4. Kejeniusan Guus Hiddink
2002 menjadi setahun momen Hiddink melatih Korsel setelah sebelumnya melatih PSV, Fenerbahce, Valencia, dan timnas Belanda. Kendati hanya sebentar melatih Korsel ia menyatukan skuad dengan baik.
Dibantu ‘pemain ke-12’ di Korsel, para pemain Korsel bermain gigih dan tidak segan meladeni tim-tim kuat seperti Italia, Spanyol, dan Portugal. Di dalam skuad juga hanya ada dua pemain yang bermain di Eropa yakni Seol Ki-hyeon (Anderlecht) dan Ahn Jung-hwan (Perugia).
Beberapa nama dalam skuad itu juga masih muda dan setelahnya bermain di Eropa, seperti Lee Young-pyo (25 tahun) yang kemudian membela Tottenham Hotspur, serta Park Ji-sung (21 tahun) yang kemudian melegenda dengan PSV dan Manchester United.
Perjalanan Korsel yang fantastis di Piala Dunia 2002 menghasilkan banyak hal. Meski gagal juga mendapatkan status juara tiga karena kalah 2-3 dari Turki, kapten Korsel Hong Myung-bo menerima penghargaan Bola Perunggu sebagai Pemain Terbaik ketiga turnamen.
Hong bersama Yoo Sang-chul masuk ke dalam Tim Terbaik turnamen. Korsel belum pernah bermain di Piala Dunia sebelumnya dan sekalinya bermain mencapai semifinal, Hiddink menjadi pahlawan nasional hingga jadi orang pertama yang menerima kewarganegaraan terhormat dari Korsel.
5. Brasil Juara, Ronaldo Top Skorer, Oliver Kahn Pemain Terbaik
Perjalanan Jepang diapresiasi, Korsel mengukir cerita cinderella, tapi pada akhirnya Brasil menjadi bintang dengan kesuksesan jadi juara untuk kali kelima – sekaligus yang terakhir karena belum meraihnya sampai terakhir di Piala Dunia 2018.
Brasil menjadi juara pada 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002 hingga mereka jadi negara dengan pengoleksi gelar Piala Dunia terbanyak.
Luiz Felipe Scolari melatih Brasil pada 2002 dan di dalam skuadnya memiliki pemain legendaris seperti Dida, Cafu, Roberto Carlos, Rivaldo, Ronaldinho, Kaka, dan tentunya … Ronaldo. Nama yang disebut terakhir memainkan Piala Dunia dan performa terbaiknya.
Tidak percaya? Tanya saja Jerman yang keteteran menghadapi Ronaldo di final yang dihelat di International Stadium Yokohama, laga dipimpin Pierluigi Collina. Brasil menang 2-0 dan dua gol dicetak oleh Ronaldo.
161 gol tercipta di Piala Dunia 2002 dan ditorehkan oleh 109 pemain, Ronaldo mencetak delapan gol dan menerima penghargaan Sepatu Emas atau gelar untuk top skorer.
Tetap Pemain Terbaik turnamen tak dimenangi oleh Ronaldo melainkan legenda Bayern Munchen, Oliver Kahn yang memenangi dua penghargaan sekaligus: Sepatu Emas (Pemain Terbaik) dan Yashin Award (Kiper Terbaik).
Kahn menjadi satu-satunya kiper yang memenangi penghagaan Sepatu Emas di Piala Dunia. Terpilihnya Kahn tidak mengherankan, mengingat Jerman hanya kebobolan tiga gol di sepanjang turnamen.
Jerman menyapu bersih fase grup dengan total 11 gol serta catatan dua kemenangan dan satu hasil imbang, kebobolan satu gol dari Republik Irlandia. Kemudian di fase gugur melewati hadangan Paraguay (1-0), Amerika Serikat (1-0), dan Korsel (1-0).
Tiga laga beruntun dan catatan clean sheets. Gawang – dan pertahanan – Jerman baru dibuat kesulitan oleh satu nama di final: Ronaldo yang mencetak dua gol.
6. Kenangan dari Piala Dunia 2002
Piala Dunia 2002 dikenang dalam sejarah sebagai Piala Dunia pertama yang memiliki dua tuan rumah dan diadakan di Asia. Piala Dunia kedua yang dihelat di Asia baru terjadi pada 2022 di Qatar.
Di Piala Dunia 2002 itu juga aturan golden goal atau gol emas menjadi yang terakhir diterapkan. Jika dipikirkan secara logis, tidak adil dengan aturan itu tim yang bisa unggul di babak tambahan setelah laga imbang di waktu normal langsung jadi pemenang, tanpa memberi kans tim lawan mencoba membalaskan gol tersebut.
China, Ekuador, Senegal, dan Slovenia juga memainkan debut mereka di Piala Dunia kala itu selain dua tuan rumah. Korsel juga terpilih sebagai pemenang penghargaan Tim Paling Menghibur di Piala Dunia 2002 berkat perjuangan gigih mereka mencapai semifinal.