Lionel Scaloni Tolak Sebut Timnas Argentina Wajib Juarai Piala Dunia 2022

Lionel Scaloni anggap Timnas Argentina tidak wajib menjadi juara Piala Dunia 2022
Lionel Scaloni anggap Timnas Argentina tidak wajib menjadi juara Piala Dunia 2022 / Mohamed Farag/GettyImages
facebooktwitterreddit

Timnas Argentina menjadi salah satu unggulan juara pada Piala Dunia 2022 di Qatar. La Albiceleste datang sebagai juara Copa America 2019. Mereka juga meraih kemenangan ketika menghadapi Italia (juara Piala Eropa 2020) dalam laga bertajuk La Finallissima.

Argentina ingin mengakhiri puasa gelar Piala Dunia yang sudah berlangsung selama 36 tahun. Setelah mengakhiri puasa gelar Copa America yang berlangsung selama 28 tahun, Lionel Messi dan rekan-rekannya mendapat ekspektasi untuk membawa pulang trofi dari Qatar.

Pelatih utama Timnas Argentina, Lionel Scaloni, menolak untuk menyebut timnya sebagai salah satu unggulan untuk meraih gelar juara. Scaloni memberikan sorotan terhadap negara-negara besar dari Eropa yang selama ini lebih diunggulkan. Scaloni menganggap hal yang paling penting bagi para pemainnya adalah menikmati kesempatan bermain pada turnamen ini.

“Dalam Timnas seperti Argentina tentu pelatih mendapatkan tekanan. Apabila hasil tidak sesuai harapan, saya paham apa yang akan terjadi. Tapi saya juga yakin dengan pilihan yang saya ambil. Kami tidak diwajibkan untuk meraih gelar juara Piala Dunia. Kami melakukan kesalahan apabila memikirkan itu.”

“Kami akan bersaing dengan tim-tim berkualitas tinggi. Kami akan menikmati turnamen ini. Kami harap para suporter Argentina dapat senang menyaksikan performa tim ini. Tim-tim yang menjadi unggulan utama umumnya gagal menjadi juara. Ada delapan hingga sepuluh tim besar yang masuk ke katerogi itu, sebagian besar dari Eropa, dengan alasan yang umumnya tidak sepenuhnya berkaitan dengan performa tim,” ucap Lionel Scaloni dalam konferensi pers jelang pertandingan vs Arab Saudi.

Scaloni mengatakan bahwa faktor-faktor yang minor dapat menjadi penentu sebuah tim untuk menjadi juara. Hal itu membuat Scaloni merasa bahwa tim yang mengangkat trofi pada akhir turnamen tidak semestinya datang sebagai unggulan atau sebagai tim yang menunjukkan performa terbaik.