Mengapa Bayern Munchen Memecat Julian Nagelsmann?
Oleh Amanda Amelia
Bayern Munchen menjadi salah satu klub yang tampil konsisten di musim 2022/23, mereka menempati posisi dua klasemen sementara Bundesliga dan hanya terpaut satu angka dengan Borussia Dortmund, sementara di kompetisi Liga Champions, Die Roten sudah mengunci satu tempat di babak perempat final.
Namun sebuah kabar mengejutkan datang. Jumat (24/3), Bayern memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan Nagelsmann, padahal kontrak juru taktik berusia 35 tahun itu sebenarnya baru akan selesai pada tahun 2026.
Julian Nagelsmann tengah berada di pegunungan Alpen, Austria bersama keluarganya untuk bermain ski, situasi kemudian memburuk dengan munculnya kabar yang menyebutkan bahwa dia takkan lagi menjadi manajer Bayern Munchen, klub yang didukungnya sejak kanak-kanak.
Ski dan Bayern sepertinya memang memiliki cerita khusus, sebelumnya, sang kiper, Manuel Neuer juga mengalami cedera dan harus absen sampai akhir musim sesaat setelah Jerman tersingkir dari babak fase grup Piala Dunia 2022.
Memasuki Piala Dunia 2022 Qatar, Bayern Munchen menempati posisi teratas klasemen sementara Bundesliga dengan keunggulan empat poin, mereka juga terus meraih kemenangan dalam 10 laga beruntun. Juara abadi Jerman itu kemudian kehilangan 12 poin di tahun 2023, meski tetap berada dalam jarak yang dekat dengan Borussia Dortmund--keduanya akan bertemu pada 1 April. Bayern juga masih mengikuti dua kompetisi lain, DFB Pokal dan perempat final Liga Champions.
Jadi, hanya berselang dua tahun setelah Bayern mengeluarkan dana sebesar 25 juta euro--yang juga menjadi rekor dunia untuk mendatangkan Nagelsmann, mengapa mereka memilih untuk mengakhiri kerja sama dan kemudian menggantinya dengan Thomas Tuchel? Berikut penjabaran lengkapnya.
Baca Juga
Beberapa Masalah yang Muncul
Lima hari sebelum Nagelsmann dipecat, presiden Bayern Munchen, Herbert Hainer seperti memberi sinyal jika pelatih berusia 35 tahun itu memang akan segera dipecat.
"Saya pikir Julian Nagelsmann sudah berjalan dengan sangat jauh," ujarnya pada salah satu media asal Jerman, Kicker.
"Dia adalah pelatih top dan sudah membuktikannya di pertandingan kontra PSG. Nagelsmann adalah pelatih yang memiliki taktik dan strategi brilian di level tertinggi Eropa. Kami menyadari hal itu dan kemudian memberinya kontrak selama lima musim, klub ingin membangun sesuatu dengannya," tambah dia.
Hainer juga memberikan contoh dua kemenangan Bayern atas PSG di babak 16 besar Liga Champions, sebuah kemenangan yang meyakinkan. Mereka juga unggul dengan nyaman setidaknya selama 160 dari 180 menit pertandingan--hal ini semakin membuat kepergian Nagelsmann terasa janggal.
Bayern bahkan menjadi satu-satunya tim yang masih belum terkalahkan di kompetisi Liga Champions musim ini. Mereka juga mengatasi perlawanan sejumlah tim-tim besar seperti Inter, Barcelona dan PSG. Die Roten juga berhasil mencatatkan clean sheet.
Bayern melengkapi kesuksesan di Eropa dengan beberapa hasil positif di kompetisi domestik, mereka menang 5-3 atas Augsburg, namun kemudian kalah 2-1 dari Bayer Leverkusen sebelum berlangsungnya jeda internasional. Kekalahan atas Leverkusen memang menjadi kekalahan ketiga Die Roten di musim ini, namun inilah yang disinyalir menjadi puncak kekesalan pihak klub.
Hanya Pep Guardiola, Hansi Flick, dan Carlo Ancelotti yang meraih lebih banyak poin jika dibandingkan dengan Julian Nagelsmann selama mereka berada di kursi kepelatihan, tetapi hal-hal yang terjadi di lapangan tentu bukanlah satu-satunya faktor penentu dipecatnya Nagelsmann.
Hubungan dengan Pihak Klub yang Terus Memburuk
Nagelsmann sempat menyampaikan opini yang menarik: 30 persen dari melatih sebuah klub adalah taktik, sementara 70 persen sisanya adalah kompetensi sosial." Sayangnya bagi pelatih berpaspor Jerman itu, hubungannya dengan pihak klub semakin tegang dan bahkan cenderung memburuk.
Setelah pemain Bayer Leverkusen Exequiel Palacios berani dua kali menjadi eksekutor penalti saat melawan Bayern dan kemudian meraih kemenangan 2-1, direktur olahraga klub, Hasan Salihamidzic mengatakan: 'Ini bukanlah Bayern yang kami kenal. Hanya terlihat sedikit dorongan, mentalitas dan ketegasan. Saya jarang mengalami hal semacam ini."
Ini adalah perbedaan yang jarang dari pujian publik yang biasanya sering disampaikan Salihamidzic pada pelatih pilihannya. Namun ternyata, Nagelsmann bukanlah manajer pertama yang berselisih dengan pria berusia 46 tahun itu. Memburuknya hubungan antara Hansi Flick, pendahulu Nagelsmann, dan Salihamidzic akhirnya mempercepat kepergiannya ke timnas Jerman.
Julian Nagelsmann juga sempat berselisih dengan sang kiper, Manuel Neuer. Kapten Bayern Munchen ini melakukan sesi wawancara kontroversial bersama The Athletic pada Februari silam, saat itu Neuer menyesalkan kepergian pelatih senior penjaga gawang, Toni Tapalovic.
Kiper berusia 36 tahun itu menyatakan bahwa dirinya sama sekal tak bisa memahami mengapa Tapalovic hengkang, keputusan ini ternyata juga sempat membuat Neuer meneteskan air mata.
Nagelsmann memang tidak pernah bersahabat dengan orang kepercayaan Neuer, Tapalovic, dan diduga berada di belakang kepergiannya. Neuer--yang 16 bulan lebih tua dari Nagelsmann--menggambarkan hubungannya dengan sang manajer: "Saya bekerja dengannya secara profesional. Kami sangat jujur satu sama lain. Dia tahu di mana saya berdiri."
Sepertinya keliru jika menyebutkan bahwa Nagelsmann sudah kehilangan kepercayaan dari sebagian atau seluruh orang di ruang ganti--lihatlah betapa terkejutnya Joao Cancelo saat dia ditanya soal kabar pemecatan Nagelsmann sesaat setelah membela Portugal di kualifikasi Piala Eropa 2024--tetapi jelas, bahwa beberapa figur kunci tentu takkan menitikkan air mata soal hal ini.
Eksperimen Tanpa Robert Lewandowski Tidak Berhasil
Semuanya dimulai dengan sangat baik. Kembali ke pekan pertama bulan Agustus, Bayern bertemu Eintracht Frankfurt yang kala itu baru saja memenangkan Liga Europa. Dengan empat pemain depan yakni Sadio Mane, Serge Gnabry, Jamal Musiala dan Thomas Muller, Bayern tampil menyerang dan terlihat begitu tajam. Kala itu, mereka menang 6-1.
Dalam empat pertandingan awal di musim 2022/23, Bayern berhasil mencetak 20 gol yang fantastis, namun performa apik yang mereka tampilkan mulai memudar di bulan Oktober. Sadio Mane dibekap cedera, bahkan setengah dari jumlah gol yang sudah dia cetak di kompetisi Bundesliga terjadi di bulan Agustus.
Eks pemain Liverpool yang sebenarnya diproyeksikan untuk menggantikan Robert Lewandowski yang hengkang ke Barca itu bahkan tak lagi mencetak gol sejak Haloween (31 Oktober).
Nagelsmann sepertinya gagal meniru taktik tanpa striker yang diterapkan oleh idolanya, Pep Guardiola di Manchester City, dia kemudian memilih untuk memberikan kesempatan pada striker yang tersisa di dalam skuad, Eric Maxim Choupo-Motting. Uniknya, sang pemain malah tampil bagus dan sudah mencetak 17 gol dari 26 laga.
Walau demikian, serangan Bayern masih dianggap tidak sama seperti musim-musim sebelumnya.
The Bavarians menciptakan lebih sedikit peluang dengan kualitas lebih rendah, walau masih mencatatkan tingkat gol terbaik yang diharapkan (xG) di Bundesliga, tetapi ada penurunan yang terjadi, dari 2,5 xG per 90 musim lalu menjadi 2,0 musim ini--ada penurunan sebesar 20 persen.
Choupo-Moting absen saat Bayern kalah 2-1 dari Leverkusen karena masalah punggung--hal ini semakin membuat Bayern terlihat sangat bergantung pada pemain yang sempat membela Stoke City itu.
Thomas Tuchel yang Masih Menganggur
Bayern Munchen memiliki kriteria yang ketat jika dibandingkan klub-klub papan atas lainnya soal pelatih. Thomas Tuchel adalah sosok yang sudah pernah memenangkan Liga Champions, dia juga berasal dari Jerman dan memiliki pengetahuan yang detail soal Bundesliga. Ditambah lagi, dirinya juga tengah menganggur setelah dipecat Chelsea pada September 2022 silam.
Pihak klub kemudian memutuskan untuk bergerak cepat mengontrak Tuchel karena menyadari sang pelatih banyak diminati klub lain, sebelumnya, dia juga diklaim masuk dalam rencana Tottenham atau Real Madrid.
15 tahun setelah Tuchel memberi Nagelsmann pekerjaan pertamanya di luar lapangan--memindahkan seorang bek tengah yang cedera kronis dari meja perawatan ke peran pencari bakat di Augsburg, Tuchel kemudian menggantikan posisi Nagelsmann di kursi kepelatihan Die Roten.