Mengapa FSG Dapat Menjual Kepemilikan di Liverpool
Oleh Dananjaya WP
Fenway Sports Group (FSG) menjadi pemilik di Liverpool sejak Oktober 2010 dan sering menjadi bahan pembicaraan di berbagai kalangan suporter klub tersebut, secara positif maupun negatif.
Meskipun kesuksesan di dalam lapangan terjadi dalam beberapa tahun terakhir, anggapan terkait minimnya investasi untuk skuad senior sering disorot oleh suporter, selain itu keterlibatan FSG dalam upaya pendirian kompetisi Liga Super Eropa (ESL) juga membuat penilaian terhadap pemilik klub memburuk.
Kini klub yang bermarkas di Anfield itu dapat memasuki era baru, dengan adanya kabar bahwa FSG siap melepas kepemilikan mereka di klub tersebut.
Apa yang terjadi?
Dalam pernyataan yang mengejutkan pada November 2022, FSG mengumumkan bahwa mereka siap mencari calon pembeli terhadap klub ini.
“Terdapat perubahan kepemilikan di beberapa klub Liga Inggris dan spekulasi mengenai perubahan yang dapat terjadi di masa depan dan kami di Fenway Sports Group tidak dapat terhindar dari spekulasi yang beredar di Liverpool,” ucap pernyataan FSG kepada The Athletic.
“FSG sering mendapat minat dari berbagai pihak yang ingin membeli saham di Liverpool. Sebelumnya FSG sudah pernah mengatakan bahwa dengan kondisi dan situasi yang tepat kami akan mempertimbangkan pemegang saham baru apabila pihak investor datang demi kepentingan Liverpool.”
“FSG tetap memegang komitmen terhadap kesuksesan Liverpool, di dalam maupun luar lapangan.”
Jasa dari lembaga keuangan Goldman Sachs dan Morgan Stanley kembali digunakan terkait potensi penjualan ini.
Akuisisi pada 2010
Pada 2010, FSG mencapai kesepakatan untuk melakukan akuisisi terhadap Liverpool, setelah sebelumnya memegang kepemilikan di Fulham. Mereka mengeluarkan biaya 300 juta Paun kepada George Gillett dan Tom Hicks, yang melakukan akuisisi tiga tahun sebelumnya pada 2007.
Tetapi akuisisi dengan utang yang mereka lakukan menemui kesulitan dan membuat Liverpool menanggung beban utang senilai 50 juta Paun. KPMG (akuntan publik global) menunjukkan kondisi finansial yang buruk dan mendorong kreditur untuk mempercepat proses penjualan.
Proses penjualan ini berlangsung dengan cukup cepat, dan setelah melalui beberapa tahun awal yang sulit, prospek Liverpool di dalam maupun luar lapangan meningkat di era kepemilikan FSG. Piala Liga menjadi titel pertama yang diraih Liverpool di era kepemilikan FSG sebelum terdapat beberapa musim yang menjanjikan pada masa kepelatihan Brendan Rodgers dengan kedatangan Jurgen Klopp sebagai puncak perkembangan.
Klopp membawa Liverpool menjadi tim yang rutin finis di posisi empat besar dan kemudian menjuarai Liga Champions pada musim 2018/19, setelah kalah dari Real Madrid pada babak final musim sebelumnya. Mereka kemudian menjuarai Liga Inggris pada musim 2019/20, namun tampil mengecewakan pada musim berikutnya.
Liverpool juga menjuarai Piala FA, Piala Liga, Community Shield, Piala Dunia Antar Klub, dan Piala Super Eropa sepanjang masa kepelatihan Klopp.
Renovasi di Anfield juga mendekati titik akhir, selain itu FSG juga memindahkan markas latihan Liverpool dari Melwood ke gedung baru bernilai 50 juta Paun di Kirkby.
Figur kunci di FSG
John W. Henry adalah pendiri dan pemegang saham terbesar di FSG serta dapat disebut sebagai sosok yang paling dikenal dalam publik. Ia adalah sosok yang memiliki kaitan erat dalam dunia olahraga, seperti yang terlihat dari investasi lain FSG, yang meliputi tim NASCAR dan Boston Red Sox.
Tom Werner adalah kepala FSG dan pemilik saham terbesar kedua di dalam perusahaan tersebut. Ia sudah pernah menyatakan rencana jangka panjang kepada klub sebelum adanya pengumuman rencana penjualan ini.
Protes dari suporter
FSG beberapa kali mendapat kritik dari suporter Liverpool dalam beberapa tahun terakhir terkait beberapa kontroversi.
Pada 2019, komunitas suporter Spirit of Shankly membuat gerakan terhadap FSG yang berusaha untuk mendaftarkan Liverpool sebagai nama dagang.
Rekrutmen yang dilakukan oleh Michael Edwards sebagai Direktur menutup complain terkait pembiayaan, namun permasalahan ini kembali terlihat saat The Reds mendapatkan badai cedera.
Musim 2020/21 memperlihatkan masalah ini secara jelas setelah Rhys Williams dan Nat Phillips menjadi pemain inti setelah beberapa pemain utama di lini belakang menderita cedera panjang.
Suporter Liverpool – dan cukup banyak suporter di Eropa – menyampaikan respon negatif setelah Liverpool terlibat dalam upaya pendirian kompetisi Liga Super Eropa (ESL). Setelah klub-klub di Inggris mengundurkan diri, upaya untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin mendapatkan respon buruk di komunitas suporter Liverpool.
Spanduk di Anfield dibentangkan sebagai bentuk protes dalam beberapa tahun terakhir, salah satu di antaranya bertuliskan “Enough is £nough. FSG Out” dan salah satu yang lain bertuliskan “Spirit of Shanks, Not Greedy Yanks.”