Mengapa Juventus Diperiksa UEFA dan Pengawas Keuangan Italia?
Oleh Dananjaya WP
Juventus kembali mendapat sorotan terkait kondisi keuangan mereka – yang memang tengah diperiksa terkait laporan keuangan yang mereka rilis untuk periode keuangan 2019/20 dan 2020/21. Sepak bola Eropa dan dunia saat itu masih menghadapi dampak merugikan terkait pandemi COVID-19.
Klub yang berbasis di Turin itu kini harus menghadapi proses investigasi dari otoritas keuangan Italia dan UEFA (Asosiasi Sepak Bola Eropa). Proses investigasi ini juga membuat Direksi Juventus (yang meliputi Andrea Agnelli dan Pavel Nedved) mengundurkan diri.
Kali ini kami akan membahas mengapa Juventus harus menghadapi investigasi ini.
Apa yang terjadi di Juventus?
Pada periode November hingga Desember 2021 lalu, klub yang bermarkas di Allianz Stadium itu mendapatkan peningkatan modal kedua dalam periode tiga tahun. Dalam dua peningkatan modal tersebut, saham senilai 700 juta Euro diterbitkan agar kondisi keuangan klub yang terdampak akibat pandemi COVID-19 dapat kembali ke kondisi yang relatif stabil.
Terkait tindakan penambahan modal tersebut, Juventus – sebagai badan usaha yang terdaftar di bursa saham Euronext yang berada di Milan (Italia) – wajib diperiksa oleh badan pengawas keuangan Italia (CONSOB) terkait pendapatan yang diperoleh dari hak pendaftaran pemain (kontrak, gaji, dan aspek lain yang berkaitan).
Salah satu lembaga lain yang terlibat Bernama COVISOC – mereka bertugas untuk mengawasi perkembangan industry sepak bola di Italia. Mereka memberikan laporan kepada FIGC (Asosiasi Sepak Bola Italia) terkait 62 transfer dalam periode 2 tahun. Komite disipliner FIGC diminta untuk ikut melihat dan menentukan apakah nilai transfer dari 62 pemain tersebut dicatat dengan nilai yang melebihi nilai wajar atau tidak.
Setelah melalui proses pemeriksaan, 42 dari 62 transfer tersebut melibatkan Juventus. Salah satu yang mungkin Anda ingat terjadi saat mereka menyepakati pertukaran pemain dengan FC Barcelona (Miralem Pjanic dengan Arthur Melo). Sebagian besar transfer yang lain (36 dari 62) tidak mendapat sorotan yang tinggi karena melibatkan pemain-pemain muda.
Pada April lalu, FIGC memandang bahwa Juventus (dan 10 klub lain yang diperiksa) tidak melakukan pelanggaran. Proses investigasi dan bukti yang digunakan memiliki kualitas yang dapat disebut rendah karena valuasi pemain yang diserahkan menggunakan situs Transfermarkt sebagai sumber. Transfermarkt memang termasuk dalam situs yang dikenal di seluruh dunia – tetapi tidak semua nilai transfer yang tercantum merupakan nilai resmi.
Namun, terdapat pemeriksaan lain yang berlangsung dengan nama Prisma. Investigasi ini dilakukan oleh jaksa penuntut umum dari pengadilan wilayah Turin.
Mengenal Investigasi Prisma yang Dilakukan Jaksa Penuntut Umum Pengadilan Turin
Terdapat tiga tuduhan yang diajukan dalam proses investigasi Prisma. Ketiga tuduhan itu terdiri dari akuntansi yang keliru, laporan keuangan yang keliru, dan manipulasi pasar.
Proses investigasi ini juga berlanjut ke tahap yang memungkinkan jaksa penuntut umum mendapatkan surat izin pemeriksaan dan penyitaan bukti dari Guardia di Finanza (bagian kepolisian yang mengurus hal-hal yang berkaitan dengan keuangan di Italia) – proses ini berlangsung di markas latihan yang berada di Continassa dan Vinovo serta kantor di Turin dan Milan.
Terdapat 16 individu yang masuk dalam proses investigasi termasuk Andrea Agnelli (mantan Presiden), Pavel Nedved (mantan Wakil Presiden), dan Fabio Paratici (mantan Direktur Sepak Bola yang kini berada di Tottenham Hotspur).
Juventus sempat mengeluarkan pernyataan sebagai bentuk bantahan terhadap tuduhan yang diarahkan kepada mereka. Laporan keuangan pada 2019, 2020, dan 2021 menjadi fokus utama dari investigasi ini. Setelah melihat laporan keuangan yang dipublikasikan dalam tiga periode keuangan tersebut, terdapat dugaan perbedaan.
Selain itu, aspek lain yang mendapat sorotan adalah kesepakatan dengan pemain-pemain yang dilakukan sepanjang periode pandemi COVID-19. Juve merilis pernyataan pada Maret 2020 yang berisi informasi bahwa mereka dapat menghemat pengeluaran sebesar 90 juta Euro setelah pemain-pemain mereka menyepakati pemotongan gaji untuk bulan Maret, April, Mei, dan Juni pada tahun tersebut. Tetapi proses pemeriksaan menghasilkan informasi bahwa para pemain hanya menyepakati pemotongan gaji dalam satu bulan, berbeda dengan informasi yang dinyatakan dalam rilis pers dan juga dalam laporan keuangan yang dipublikasikan.
Istilah manuver gaji menjadi bahan pembicaraan utama dalam proses investigasi ini, termasuk bonus kesetiaan pemain dan pencatatan yang dilakukan. Proses investigasi ini juga melibatkan prosedur penyadapan. Salah satu bagian yang disorot adalah pembicaraan antara Federico Cherubini (salah satu eksekutif rekrutmen Juventus) dan Cesare Gabasio (mantan anggota tim legal klub tersebut) terkait kedatangan Cristiano Ronaldo dari Real Madrid (transfer senilai 100 juta Euro) mengenai bagaimana akan ada masalah besar apabila sebuah dokumen rahasia bocor.
Apakah ada potensi sanksi bagi Juventus?
Jawaban dari pertanyaan ini bergantung dari hasil investigasi Prisma. Apabila terdapat pelanggaran, FIGC dapat membuka kembali kasus yang sudah ditutup sebelumnya, atau membuat proses investigasi baru berdasarkan data tambahan yang diperoleh.
Giuseppe Chine – penuntut federal FIGC – akan menjadi sosok penting yang dapat menentukan apa yang akan terjadi. Apabila ia memandang bahwa terdapat manfaat untuk membuka ulang kasus berdasarkan data dari proses investigasi, maka Juventus terancam risiko denda atau pengurangan poin.
UEFA (Asosiasi Sepak Bola Eropa) juga sudah memulai proses investigasi. UEFA menjalani investigasi ini melalui CFCB (Badan Pengendali Finansial tingkat Klub). Investigasi ini dilakukan terkait potensi pelanggaran peraturan FFP (Financial Fair Play), mengingat Juventus dan UEFA mencapai kesepakatan terkait pelanggaran peraturan tersebut (klub dapat menyepakati pembayaran denda kepada UEFA apabila melanggar peraturan FFP dalam kondisi tertentu).
Pelanggar peraturan FFP dapat memperoleh sanksi berupa peringatan, denda, penundaan pemberian uang kompetisi, pengurangan poin, larangan pendaftaran pemain untuk kompetisi UEFA, pengurangan jumlah pemain untuk kompetisi UEFA< diskualifikasi dalam kompetisi yang sedang berlangsung dan/atau kompetisi di masa depan.