Mengapa Kebijakan Transfer Chelsea Dapat Memberi Ancaman Jangka Panjang
Oleh Dananjaya WP
Chelsea menjadi salah satu klub besar di Liga Inggris dan Eropa yang aktif dalam dua bursa transfer terakhir. Era kepemilikan konsorsium Todd Boehly – Clearlake Capital diawali dengan pengeluaran yang melebihi 400 juta Paun. Terbaru, The Blues mendatangkan Mykhailo Mudryk dari Shakhtar Donetsk dalam kesepakatan transfer yang dapat mencapai 87 juta Paun (62 juta Paun sebagai biaya awal).
Kebijakan transfer ini membuat tim London Barat itu mendapat sorotan tinggi. Sejak awal musim, terdapat ekspektasi bahwa mereka dapat bersaing di papan atas atau bahkan memperebutkan gelar juara. Namun, pemecatan Thomas Tuchel dan periode transisi yang terjadi dalam awal masa kepelatihan Graham Potter membawa mereka terdampar ke peringkat kesepuluh klasemen sementara Liga Inggris.
Rangkaian transfer pemain yang dilakukan oleh Todd Boehly sebagai Direktur Sepak Bola pada enam bulan pertama musim ini mendapatkan reaksi yang beragam. Dalam jangka pendek maupun panjang, pengeluaran tinggi yang dilakukan sejauh ini dapat memberikan ancaman yang signifikan.
Mengapa kebijakan transfer Chelsea dapat memberi ancaman jangka panjang?
Awal dari era kepemilikan Todd Boehly – Clearlake Capital memiliki kesamaan dengan apa yang terjadi dengan awal era kepemilikan Roman Abramovich. Pengeluaran yang signifikan dilakukan oleh manajemen Chelsea. Sayangnya, pengeluaran besar di bursa transfer tidak dapat diiringi dengan performa yang diharapkan di dalam lapangan.
Graham Potter selaku pelatih utama mendapat tekanan tinggi terkait kesulitan untuk membuat timnya tampil konsisten. Tetapi mantan pelatih Brighton & Hove Albion itu menyampaikan poin yang sulit dibantah dalam konferensi pers pasca kemenangan tipis 1-0 atas Crystal Palace di Stamford Bridge pada Minggu (15/1).
“Ini sudah saya bicarakan dalam waktu yang lama. Tentu salam sepak bola hasil di dalam lapangan memengaruhi segalanya. Terdapat periode transisi dan kondisi harus dibuat menjadi stabil sebaik mungkin dan memberikan dukungan semaksimal mungkin.
“Apabila Anda berada di dalam posisi ketika dalam periode singkat terdapat banyak orang yang membuat keputusan rekrutmen, itu bukan langkah terbaik untuk meraih kesuksesan jagngka pendek maupun panjang. Jadi kondisi harus stabil, mengambil keputusan sebaik mungkin, memanfaatkan sumber daya dengan maksimal dan efektif.”
Seorang pelatih mendapatkan tugas untuk menentukan susunan pemain terbaik agar dapat memaksimalkan peluang meraih hasil positif. Ini adalah proses yang membutuhkan waktu. Kemampuan seorang pelatih memang dapat menjadi pendorong yang signifikan, tetapi kondisi skuad juga menjadi aspek yang penting.
Thomas Tuchel, mantan pelatih utama Chelsea, sudah pernah mengutarakan keinginannya untuk memperkuat skuad yang dimilikinya saat itu. Tuchel menyampaikan keinginan itu ketika timnya mendapat kekalahan 0-4 dalam laga pramusim di Amerika Serikat pada Juli 2022. Beberapa bulan kemudian, Tuchel kehilangan jabatannya.
Chelsea memang harus melakukan perombakan terhadap skuad yang mereka miliki. Kelemahan yang ada tertutupi dengan kesuksesan yang diraih pada musim 2020/21 ketika Tuchel memberikan gelar juara Liga Champions. Sayangnya, rekrutmen yang tidak efektif sejauh ini memperparah aspek penting untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi.
The Blues sering mengalami kesulitan untuk melepas pemain-pemain di dalam skuad mereka yang tidak masuk dalam rencana tim utama. Ini sudah menjadi masalah jangka panjang sepanjang era kepemilikan Abramovich, dan Evening Standard sudah melaporkan masalah ini akan kembali berlanjut. Biaya tinggi yang dikeluarkan juga membuat klub yang memiliki pemain yang diincar Chelsea dapat memasang harga yang melebihi nilai wajar.