8 Klub yang Pernah Menggegerkan Sepakbola Eropa dan Nasib Mereka Kini
Oleh Amanda Amelia
Dunia sepakbbola selalu memberikan kejutan di setiap musim, jika saat ini kompetisi didominasi oleh klub-klub papan atas yang tak asing lagi seperti Liverpool, Manchester City, Chelsea dan Manchester United di Inggris atau mungkin Real Madrid dan Barcelona di Spanyol, sebelumnya ada klub-klub yang secara tak terduga juga jadi ancaman serius dan bahkan sukses mengejutkan publik.
Kali ini 90MiN Indonesia akan coba menjabarkan delapan klub yang sempat menggegerkan dunia sepakbola dan nasib mereka kini.
8. Blackburn Rovers
Blackburn Rovers berhasil mengejutkan para penggemar sepakbola di musim 1994/95, mereka berhasil menjuarai Liga Inggris dengan dramatis, walau di pekan terakhir The Rovers takluk dari Liverpool, skuad asuhan Kenny Dalglish tetap berhasil mengunci gelar.
Trofi Liga Inggris di musim 1994/95 pun terasa lebih istimewa karena di musim sebelumnya mereka harus puas menempati posisi runner up.
Sayang, nasib Blackburn saat ini berubah drastis, mereka berlaga di divisi Championship dan di musim 2020/21 menempati posisi delapan klasemen sementara.
7. Deportivo La Coruna
Deportivo La Coruna dijuluki Super Depor di tahun 2000 an, maklum saja, saat itu mereka sukses mengakhiri dominasi Real Madrid dan Barcelona dan secara tak terduga menjuarai La Liga pada musim 1999/00.
Mereka bertahan di kompetisi La Liga selama kurang lebih 20 tahun, yakni pada tahun 1991 hingga 2010.
Sayang, di akhir musim 2009/10 mereka menempati posisi 18 dan harus terdegradasi. Walau sempat kembali berlaga di La Liga musim 2011/12, Deportivo kembali terdegradasi pada musim 2012/13 walau sudah tiga kali berganti pelatih.
Saat ini, klub yang bermarkas di Ciudad Deportivo de Riazor tersebut berkompetisi di Segunda B atau kasta ketiga sepakbola Spanyol.
6. Leeds United
Leeds United sempat menjadi tim kuat di Liga Inggris, pada musim 1964/65 dan 1965/66 mereka tampil sebagai runner-up, sampai pada akhirnya musim 1968/69 Leeds mampu menjadi juara. Hal tersebut kembali terjadi di musim1973/74.
Namun semua berubah di musim 2003/04, The Whites terdegradasi usai menempati peringkat 19 klasemen akhir, bahkan di tahun 2007, klub yang bermarkas di Elland Road itu juga pernah mengalami kebangkrutan.
Nasib baik kembali berpihak pada Leeds saat mereka mulai bermain di bawah arahan Marcelo Bielsa di tahun 2018, sayang mereka gagal promosi ke Liga Inggris 2019/20 usai gagal melaju ke final playoff karena takluk dari Derby County dengan agregat gol 3-4.
Usaha Leeds untuk kembali berlaga di Liga Inggris akhirnya membuahkan hasil di musim 2020/21, mereka berhasil promosi usai menjuarai Divisi Championship 2019/20 dengan koleksi 93 poin.
Kini hingga pekan ke-23 kompetisi, Patrick Bamford dkk menempati posisi 11 klasemen sementara.
5. Malaga
Malaga sempat menjadi salah satu klub elit La Liga, mereka juga sukses memberikan kejutan kala sukses melaju ke perempat final Liga Champions di musim 2012/13.
Klub yang bermarkas di La Rosaleda itu juga sempat diperkuat sejumlah pemain ternama seperti Martin Demichelis, Jeremy Toulalan hingga Isco, mereka juga berhasil mengakhiri musim 2011/12 dengan berada di posisi empat.
Musim panas 2013 jadi awal buruknya performa Malaga, bukan hanya pergantian pelatih dari Bernd Schüster ke Manuel Pellegrini, pemain-pemain kunci seperti Isco, Toulalan dan Joaquin dilepas.
Tahun 2018 juga jadi titik terendah klub, di laga terakhir kontra Levante, mereka takluk 0-1 yang juga sekaligus membuat mereka menempati posisi 20 klasemen akhir dan akhirnya terdegradasi ke Segunda Division.
Kini di musim 2002/21, Malaga menempati posisi 12 klasemen sementara Segunda Division.
4. Anzhi Makhachkala
Anzhi Makhachkala sempat mendominasi persepakbolaan Rusia mulai tahun 2011, dibeli oleh milyarder Suleyman Kerimov, mereka mendatangkan sejumlah pemain bintang seperti Samuel Eto'o dan Yuri Zhirkov. Bukan hanya itu, klub asal Rusia tersebut juga menunjuk Guus Hiddink sebagai pelatih.
Sebelumnya, Anzhi juga sukses mengamankan tanda tangan Roberto Carlos.
Sayang, Hiddink tidak bertahan lama di Anzhi dan mengundurkan diri pada tahun 2013, posisinya kemudian digantikan Renee Maulensteen, namun baru16 hari melatih, dia dilengserkan dari kursi kepelatihan.
Kemunduran Anzhi Makhachkala terjadi mulai Agustus 2013 saat pemilik klub memotong habis anggaran dan menjual tiga pemain bintangnya ke Dinamo Moscow, sementara Willian dan Eto'o dilepas ke Chelsea.
Kebijakan tersebut membuat klub mengalami inkonsistensi dan akhirnya terdegradasi di akhir musim. Kini di musim 2020/21, Anzhi masih berkutat di Russian Professional Football League atau kasta ketiga kompetisi Sepakbola Rusia dan menempati posisi enam klasemen sementara.
3. Portsmouth
Portsmouth pernah memberikan kejutan di tahun 2008, di bawah arahan Harry Redknapp, mereka sukses memenangkan Piala FA usai mengalahkan Cardiff City.
Isu kesulitan finansial Portsmouth mulai muncul di tahun 2009, mereka pun terancam masuk zona degradasi. Bulan Oktober, para staf dan pemain dilaporkan tidak mendapatkan gaji.
Memasuki bulan Februari 2010, Portsmouth terancam dilikuidasi oleh Dinas Pajak Inggris, namun mereka membantah dan kemudian masuk final Piala FA 2010 meski di partai puncak takluk dari Chelsea.
Dua tahun kemudian, yakni 2012, Pompey dikabarkan tidak membayar pajak sebesar 1,6 juta pound dan mendapatkan sanksi pengurangan 10 poin dan akhirnya terdegradasi ke kompetisi League One.
Setahun kemudian, tepatnya tahun 2013, Portsmouth kembali terdegradasi dan berkompetisi di League Two atau kasta keempat kompetisi sepakbola Inggris.
Kini di musim 2020/21, skuad asuhan Kenny Jacket masih berlaga di kompetisi League One dan menempati posisi lima.
2. Leicester City
Leicester City memberikan kejutan di musim 2015/16, mereka mematahkan dominasi klub-klub papan atas dan sukses menjadi juara dengan raihan 81 poin.
Sayang, usai jadi juara, The Foxes mengalami inkonsistensi dan bahkan nyaris terdegradasi. Ranieri kemudian dipecat dan posisinya digantikan Craig Shakespeare. Klub yang bermarkas di King Power Stadium itu mengakhiri musim di posisi 12.
Leicester kembali menutup musim di papan tengah pada musim 2017/18, Claude Puel kemudian lengser dan posisinya digantikan Brendan Rodgers mulai Februari 2019.
Di bawah arahan Rodgers, Leicester City memang menampilkan peningkatan performa, namun di musim perdana, eks pelatih Glasgow Celtic itu hanya mampu mengantarkan timnya menempati posisi sembilan.
Di musim 2019/20 Leicester sempat tampil bagus, namun inkonsistensi pasca Project Restart membuat mereka harus melupakan impian finis di posisi empat besar dan berlaga di Liga Champions 2020/21.
Kini di musim 2020/21, Jamie Vardy dkk tampil cukup baik dan menempati posisi tiga klasemen sementara.
1. AS Monaco
AS Monaco sukses mematahkan dominasi Paris Saint-Germain di musim 2016/17, mereka berhasil menjuarai Ligue 1 dengan raihan 95 poin.
Di Liga Champions, secara tak terduga Monaco juga berhasil melaju hingga babak semifinal, sayang mereka takluk 1-4 dari wakil Italia, Juventus.
Performa apik Monaco membuat pemain-pemain mereka dilirik klub-klub papan atas, Bakayoko dan Silva memilih mengadu nasib ke Inggris, sementara Mbappe hengkang ke PSG.
Mengakhiri musim 2017/18 dengan menempati posisi dua, inkonsistensi Monaco mulai terjadi di musim 2018/19, mereka memecat Leonardo Jardim di bulan Oktober dan langsung menunjuk Thierry Henry sebagai pelatih anyar.
Sayang, Henry tak bertahan lama dan akhirnya Monaco kembali mengontrak Jardim pada Januari 2019, beruntung Les Monegasques lolos dari jurang degradasi dan mengakhiri musim di posisi 17.
Kini di musim 2020/21, mereka bermain di bawah arahan Niko Kovac dan menempati posisi empat klasemen sementara.