OPINI: Inter Harus Segera Cari Pengganti Antonio Conte untuk Penuhi Ambisi di Liga Champions
Oleh Dananjaya WP
Inter memasuki babak baru ketika Grup Suning mengakuisisi klub tersebut pada 2016. Grup dari Tiongkok itu menegaskan ambisi Nerazzurri untuk kembali ke puncak Serie A dan agar dapat bersaing di Liga Champions. Inter terakhir kali mendapatkan titel kedua kompetisi tersebut pada musim 2009/10, sekaligus menjadi klub Italia pertama yang meraih prestasi treble (tiga gelar dalam satu musim).
Investasi besar tidak hanya dilakukan dalam rekrutmen pemain, tetapi juga pelatih utama. Sejak 2016 hingga kini, Inter sudah merasakan kepelatihan Frank de Boer, Stefano Pioli, Luciano Spalletti, dan kini Antonio Conte.
Hingga kini ambisi yang diinginkan Steven Zhang (CEO), Suning Group, dan Inter belum dapat terpenuhi. Conte masih belum dapat menunjukkan potensi untuk mencapai target yang diinginkan, dan kesulitan di Liga Champions dapat menjadi alasan yang tepat bagi klub utuk mulai mencari pengganti.
1. Taktik yang Tidak Dapat Menjadi Solusi
Antonio Conte dikenal sebagai seorang pelatih yang nyaris selalu menggunakan formasi 3-5-2 atau 3-4-3. Conte mengawali kariernya dengan menulis tesis terkait ketertarikannya terhadap formasi 4-2-4. Namun penerapannya sangat bergantung dengan skuad yang dimiliki dan kondisi di dalam lapangan.
Sepanjang kariernya Conte dan formasi 3-5-2 atau 3-4-3 sangat erat dengan berbagai tim yang sudah dilatihnya. Walau materi pemain yang dimiliki Conte berubah sepanjang kariernya, pendekatan yang digunakannya tidak memiliki variasi yang signifikan. Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh pelatih dan staff yang siap menjalani proses persiapan yang matang.
Conte juga dikenal sebagai pelatih yang gemar mengatur pergerakan dan posisi yang ditempati pemain-pemainnya sepanjang laga. Tindakan seperti ini dapat memberi dampak positif terkait kedisiplinan tim. Namun terdapat pemain yang lebih efektif ketika diberi kebebasan untuk menunjukkan kemampuannya.
Lawan yang memahami taktik Conte dapat mengantisipasi pergerakan pemain yang dihadapi timnya. Beberapa faktor ini sudah sering menghambat tim-tim yang dilatih Conte ketika bertanding dalam kompetisi tingkat kontinental.
2. Rekrutmen Jangka Pendek
Struktur tim yang digunakan seorang pelatih seringkali bergantung dengan kebijakan rekrutmen pemain yang diterapkan. Antonio Conte, dengan sistem permainan yang menjadi ciri khasnya, juga beberapa kali mendapat sorotan terkait rekrutmen pemain yang dilakukannya.
Conte pantas disebut sebagai pelatih yang mengutamakan kesuksesan jangka pendek. Rekrutmen pemain yang dilakukannya di Inter memberi gambaran yang jelas.
Mendatangkan Arturo Vidal (33 tahun), Ashley Young (34 tahun), Diego Godin (33 tahun), Alexis Sanchez (31 tahun), Aleksandar Kolarov (34 tahun), dan Matteo Darmian (30 tahun) menjadi beberapa rekrutmen penting yang dilakukan sejauh ini.
Membangun tim dalam jangka panjang seharusnya tidak hanya bergantung dengan keinginan pelatih. Ketika Conte meninggalkan San Siro, apa yang akan terjadi dengan rencana Inter dan pemain-pemain veteran yang ada dalam skuad mereka?
3. Potensi Ketersediaan Pelatih Lain
Memecat seorang pelatih juga harus diiringi dengan penunjukkan sosok yang tepat sebagai pengganti. Apabila Inter memutuskan untuk memecat Antonio Conte, siapa yang cocok menggantikannya? Beberapa nama seperti Thomas Tuchel, Mauricio Pochettino, hingga Marcelino Garcia dapat menjadi opsi yang dipertimbangkan.
Hal yang paling penting bagi Inter adalah untuk membangun hubungan yang baik dengan calon pengganti Conte, sekaligus mempertahankan keseimbangan tim dalam upaya membentuk tim jangka panjang.