Kilas Balik Perjalanan Amerika Serikat Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia 1994
Oleh Nanda Febriana
Piala Dunia 1994 yang digelar di Amerika Serikat memiliki beberapa catatan menarik terlepas dari fakta bahwa tuan rumah dalam edisi ini tidak menempatkan sepak bola sebagai olahraga terpopuler di negeri mereka. Ya, atas pertimbangan terkait fakta tersebut, Amerika Serikat ditunjuk untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 1994, mengalahkan Brasil dan Maroko dalam voting resmi, demi menaikkan popularitas olahraga si kulit bundar di negeri Paman Sam.
Baca Juga: Kilas Balik Perjalanan Italia sebagai Tuan Rumah di Piala Dunia 1990
Meski dihelat di negeri yang tidak menganggap sepak bola sebagai olahraga utama dan bahkan menyebut sepak bola dengan soccer alih-alih football, gelaran Piala Dunia 1994 tak kalah meriah dibanding edisi-edisi sebelumnya. Bahkan beberapa catatan menarik bersejarah dimulai pada turnamen ini, seperti: pertama kalinya aturan back pass diperkenalkan, pertama kalinya Jerman Barat dan Jerman Timur berkompetisi di bawah bendera yang sama, dan untuk pertama kalinya pemenang di final Piala Dunia harus ditentukan melalui babak adu penalti.
Lalu, bagaimana dengan sepak terjang Amerika Serikat sebagai tuan rumah Piala Dunia 1994?
1. Amerika Serikat Lolos ke 16 Besar
Amerika Serikat mengoleksi empat poin dari dua pertandingan pertama mereka di Grup setelah meraih hasil imbang 1-1 melawan Swiss dan menang 2-1 melawan Kolombia.
Kans Amerika Serikat untuk lolos ke babak 16 besar cukup besar mengingat mereka akan menghadapi Rumania di laga terakhir Grup A yang saat itu baru mengoleksi tiga poin hasil kemenangan 3-1 mereka atas Kolombia. Artinya, Amerika Serikat hanya membutuhkan hasil imbang untuk bisa lolos ke babak selanjutnya.
Dengan dukungan besar dari suporter tuan rumah banyak yang menjagokan Amerika Serikat bakal mampu menaklukkan Rumania.
Namun, gol tunggal bek Dan Petrescu membuat Amerika Serikat terhempas. Rumania berhak maju ke babak 16 sebagai juara Grup A setelah di partai lainnya Swiss secara mengejutkan takluk 2-0 dari Kolombia dan hanya berhak menempati posisi runner up. Amerika Serikat tetap lolos dengan menjadi salah satu dari empat tim peringkat ketiga terbaik dari enam grup.
2. Kemenangan Amerika Serikat atas Kolombia 'Memakan Korban'
Cerita memilukan mewarnai gelaran Piala Dunia 1994 ketika bek Kolombia Andres Escobar harus meregang nyawa sepulang memperkuat negaranya.
Andres Escobar dibunuh oleh tiga pria yang menembakkan enam peluru ke tubuhnya di area parkir sebuah bar di Kolombia pada 1 Juli 1994, 10 hari setelah laga Kolombia kontra Amerika Serikat. Pembunuhan Andres Escobar itu diduga terkait dengan gol bunuh dirinya tatkala Kolombia kalah 2-1 dari Amerika Serikat yang sekaligus memupuskan peluang negaranya lolos ke babak 16 besar.
Hingga saat ini kisah memilukan yang menimpa Andre Escobar menjadi salah satu kenangan paling pahit dalam sejarah pergelaran Piala Dunia sepanjang masa.
3. Langkah Amerika Serikat Terhenti di Tangan Sang Juara
Amerika Serikat langsung dihadang salah satu tim terkuat sekaligus kandidat juara turnamen, Brasil, pada babak 16 besar. Pada laga yang dihelat 4 Juli, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan rakyat Amerika Serikat, semangat juang Alexi Lalas dkk tidak mampu menghentikan kekuatan Brasil.
Tim Samba berhasil menang dengan skor tipis 1-0 melalui gol yang dicetak Bebeto pada menit ke-72. Kemenangan atas tuan rumah turnamen menjadi salah satu penentu langkah Brasil menjuarai Piala Dunia edisi 1994. Setidaknya, Amerika Serikat yang tidak berstatus sebagai unggulan tidak perlu berkecil hati kalah dari sebuah tim yang berakhir sebagai juara di akhir turnamen.
4. Mengenang Keseluruhan Piala Dunia 1994
Digelar di sebuah negara yang tidak menempatkan sepak bola sebagai cabang olahraga favorit tak membuat pergelaran Piala Dunia 1994 berakhir tanpa cerita yang menarik. Sebaliknya, Piala Dunia 1994 merupakan bukti bahwa sepak bola bisa berdetak di mana pun pertandingan dimainkan.
Hal-hal menarik yang terjadi pada Piala Dunia 1994 di antaranya adalah perkenalan aturan back pass untuk pertama kalinya sebagai respons dari minimnya rataan gol yang tercipta pada empat tahun sebelumnya. Dengan penerapan aturan back pass, ketika seorang kiper dilarang menerima umpan dari rekan setimnya dengan tangannya, diharapkan pertandingan berjalan lebih menarik karena tak ada tim yang akan bertahan total selama 90 menit. Penerapan ini terbukti memengaruhi rataan jumlah gol tercipta sepanjang turnamen, di mana pada edisi 1990 hanya tercipta 2,21 gol per pertandingan, sedangkan pada edisi 1994 angka itu naik menjadi 2,71 gol per pertandingan.
Banyak pihak yang mengkhawatirkan Piala Dunia 1994 bakal sepi penonton di stadion mengingat sepak bola bukan olahraga populer di Negeri Paman Sam. Namun, anggapan itu terpatahkan setelah Piala Dunia 1994 mencetak rataan penonton sebesar 69.174 penonton per pertandingan, jauh di atas angka jumlah rata-rata penonton di Piala Dunia 1990 Italia yang hanya berada di kisaran 50 ribu penonton. Besarnya stadion tempat penyelenggaraan pertandingan menjadi faktor penunjang statistik tersebut.
Laga final juga menghadirkan cerita tersendiri setelah pemenang antara Brasil dan Italia harus ditentukan melalui adu penalti. Cerita paling menonjol dalam adu penalti tentu kegagalan Roberto Baggio mengeksekusi penalti kelima Italia yang sekaligus memastikan keluarnya Brasil sebagai juara. Pasalnya, pemain yang menarik perhatian dengan gaya rambut kuncir kudanya tersebut merupakan pemain yang paling bersinar sepanjang turnamen.
Secara keseluruhan Piala Dunia 1994 bisa disebut sebagai salah satu Piala Dunia tersukses dari segi penyelenggaraan dan atmosfer yang tercipta.