Ronaldo Pada Piala Dunia 1998: Pemain Panutan Kita Semua

Ronaldo tampil fantastis pada Piala Dunia 1998
Ronaldo tampil fantastis pada Piala Dunia 1998 / Image by Briony Painter - 90min
facebooktwitterreddit

Saya pernah mendengar anggapan bahwa Piala Dunia yang berada dalam kenangan Anda dengan erat adalah turnamen yang diadakan dekat dengan usia ke-10 Anda. Saya berusia 11 tahun pada Piala Dunia 1998 di Prancis, dan merasa anggapan itu tepat.

Saya ingat berlari ke lapangan kecil di pojok dekat rumah saya setelah Inggris menang 2-0 atas Kolombia dalam fase grup untuk melatih teknik tendangan bebas David Beckham di antara dua pohon sebagai gawang.

Sama seperti gol solo indah Michael Owen ke gawang Argentina, dan performa elegan Dennis Bergkamp melawan La Albiceleste.

Piala Dunia 1998 juga diiringi dengan debat terkait kartu merah Beckham. Membahas sepatu Puma Kings merah yang digunakan Mustapha Hadji. Berharap dapat menabung untuk membeli jersey indah yang dikenakan Nigeria.

Tapi, di atas semua itu, turnamen ini memperlihatkan kehebatan satu orang. Seorang fenomena. Ronaldo.

Turnamen ini dimulai pada 10 Juni, tetapi dapat disebut sudah dimulai beberapa bulan sebelumnya, dalam sebuah bandara yang tidak diketahui. Tempat itu menjadi lokasi iklan Nike yang meliputi Timnas Brasil (direkan oleh sutradara Hollywood John Woo, yang melakukannya di tiga bandara: Galeao International di Rio de Janeiro, Malpensa di Milan, dan Barcelona Airport). Iklan itu menunjukkan para pemain Timnas Brasil menggunakan kemampuan yang menjadi ciri khas mereka untuk menghindari staf keamanan di dalam terminal.

Iklan itu berakhir dengan Ronaldo yang melaju dan melihat tonggak keamanan yang ditempatkan seakan membentuk gawang. Kerumunan orang berkumpul untuk menyaksikan bintang terbesar di dunia sepak bola itu menendang bola ke ‘gawang’ yang tidak dijaga… dan tendangan Ronaldo mengenai tonggak tersebut.

“Ketika saya dan teman-teman mencoba meniru iklan itu – dengan menyanyikan ‘Mas Que Nada’ dengan buruk, yang menjadi lagu untuk iklan itu – saya akan mencoba menendang bola ke pohon atau lampu. Saya ingin tendangan saya gagal seperti Ronaldo.”

Ketika saya dan teman-teman mencoba meniru iklan itu – dengan menyanyikan ‘Mas Que Nada’ dengan buruk, yang menjadi lagu untuk iklan itu – saya akan mencoba menendang bola ke pohon atau lampu. Saya ingin tendangan saya gagal seperti Ronaldo.

Kegagalan itu tidak dapat dibayangkan di Prancis. Ronaldo melonjak di sepak bola Eropa sebagai remaja dengan PSV, kemudian menunjukkan performa individual yang fantastis dalam satu musim dengan Barcelona, dengan mencetak 47 gol dalam 49 laga, sebelum bergabung dengan Inter sebagai pemain termahal pada musim panas 1997. Ia adalah bintang muda yang bergerak menunju keabadian.

Piala Dunia Prancis 1998 seharusnya menjadi momen status itu tercapai untuknya.

Sepanjang turnamen, lawan berusaha untuk mengadangnya dengan cara apapun. Billy McKinlay dari Skotlandia meninggalkan bekas pul sepatu di pergelangan kaki Ronaldo, Said Chiba dari Maroko meninggalkan bekas yang sama pada pahanya, tetapi Ronaldo menolak untuk dihentikan. Saat Brasil mencapai babak final untuk dua turnamen secara beruntun, ia memberi kontribusi berupa empat gol dan tiga assist, sekaligus menunjukkan bakatnya dalam berbagai aspek lain.

Ia menunjukkan akurasi tendangan yang berbahaya ketika mencetak gol jarak jauh kontra Maroko, gerakan elegan dengan kecepatan tinggi ketika ia melewati dua pemain sebelum memberikan bola kepada Bebeto untuk mencetak gol pada pertandingan tersebut, dan kekuatan tinggi yang ditunjukkannya ketika ia menahan Phillip Cocu sebelum mencetak gol ke gawang Belanda pada babak semifinal. Kekuatan dan presisi menggambarkan performanya; begitu pula dengan ketangkasan dan kecepatan.

Ronaldo melihat empat tahun sebelumnya ketika Romario dan Bebeto membawa Brasil ke gelar juara dunia keempat dalam sejarah mereka. Saat itu ia baru berusia 17 tahun dan tidak digunakan dari bangku cadangan, murid yang belajar dari gurunya. Pada 1998, ia sudah berkembang menjadi bintang berusia 21 tahun. Semua orang memasang ekspektasi bahwa ia akan menjadi bintang dari turnamen ini, tetapi ia tidak dapat menanggung harapan tersebut.

Rekan-rekannya terkejut ketika menemukan Ronaldo berada dalam kondisi tidak sadar di kamar hotelnya jelang pertandingan final. Ketika rekan-rekannya pergi ke Stade de France, Ronaldo dibawa ke klinik di Paris untuk menjalani pemeriksaan. Ia bergegas ke stadion jelang dimulainya laga, memegang dokumen yang menyatakan status kesehatannya, dan memohon untuk diberi izin tampil.

Ronaldo tetap diturunkan. Tetapi apabila rekan-rekannya terlihat seperti mereka bertemu dengan hantu ketika menemukan Ronaldo di dalam kamar hotelnya, Ronaldo tampil seperti hantu yang dilihat rekan-rekannya saat itu. Tentu dapat dipahami bahwa Ronaldo tidak dapat tampil maksimal, dan Brasil mendapat kekalahan 0-3 dari tuan rumah.

Iklan di bandara tersebut seperti ramalan yang menjadi kenyataan: kesempatan yang tidak dapat dikonversi. Momen yang tidak ingin ditiru siapapun yang berusia 11 tahun saat itu.  

Catatan: Artikel ini diterjemahkan dari edisi bahasa Inggris