Senyum dan Kecintaan kepada Indonesia di Balik Ketegasan Alfred Riedl

Alfred Riedl
Alfred Riedl / Allsport Co./Getty Images
facebooktwitterreddit

Kabar duka datang dari sosok figur yang familiar dengan pecinta sepak bola dunia. Beliau seorang pelatih yang dicintai banyak orang dengan keramahannya, menjadi bapak bagi pemain-pemain Timnas Indonesia di masa lalu dan akrab disapa Opa. Ya dia adalah Alfred Riedl.

Dikabarkan media Austria Kurier pada Senin (07/09) waktu setempat Alfred Riedl meninggal dunia karena kanker pada usia 70 tahun. Kabar itu mengejutkan pecinta sepak bola Tanah Air. Bukti itu bisa dilihat melalui viralnya nama Alfred Riedl di media sosial.

Tidak heran melihat betapa besarnya masyarakat Indonesia yang terkejut dengan kabar tersebut. Alfred Riedl memang tidak pernah membawa Timnas Indonesia memenangi trofi, namun itu tak mengurangi kecintaan suporter kepadanya.

Dalam karier kepelatihan yang dimulai dari 1989 hingga 2016 Riedl hanya dua kali melatih satu tim yang sama selama dua periode atau lebih. Kedua tim itu adalah Timnas Vietnam (1998-2000, 2003-2004, 2005-2007) dan Timnas Indonesia (2010-2011, 2013-2014, 2016).

Selain kedua negara itu Riedl melatih Austria, Liechtenstein, Palestina, Laos, dan bahkan pernah membesut klub Indonesia PSM Makassar pada 2015. Riedl tidak pernah lama melatih Indonesia tapi dalam kurun waktu yang singkat itu sudah cukup berkesan di pikiran fans Indonesia.

Penulis merupakan salah satu fans sepak bola yang cukup beruntung pernah bertemu langsung Opa Riedl dan mewawancarainya. Ketika mewawancarainya pasca berlatih dengan Timnas Indonesia pada 2014 Riedl dengan ramah dan sabar meladeni awak media.

Dengan senyuman yang menjadi ciri khasnya Riedl menjawab satu demi satu pertanyaan media. Caranya menjawab tegas: Riedl menjawab pertanyaan dengan ramah namun di satu sisi juga tidak terlalu memberi informasi detail soal skuadnya yang bersifat internal.

Riedl tahu mana pertanyaan yang harus dijawab terbuka dan juga pertanyaan dengan jawaban yang dirahasiakan demi kepentingan timnya. Dari situ terlihat betapa besar pengalamannya melatih dan tahu bagaimana cara menghadapi media.

"Coach Alfred Riedl selalu mengajarkan sifat respek terhadap coaching staff (staf kepelatihan), manajemen, pemain, suporter, dan bahkan media," kenang pelatih Persita Tangerang Widodo C. Putro mengenai Alfred Riedl dikutip dari JPNN.

Alfred Riedl bukan Anatoli Polosin, eks pelatih Timnas Indonesia yang berhasil mempersembahkan medali emas pada SEA Games 1991, tapi dengan caranya melatih dan membentuk skuad Riedl meninggalkan warisan yang layak dikenang.

"Banyak sekali nilai disiplin yang dituangkan coach Alfred. Seperti makan harus sama-sama, jaga pola makan, on time ketika latihan, dan pakai pakaian seragam saat latihan," ujar Firman Utina, eks kapten Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 dilansir dari BolaSkor.


Alfred Riedl dan Piala AFF

Disadari atau tidak setiap kali Riedl menangani Indonesia maka itu targetnya untuk ke final Piala AFF dan menjadi juara. Situasi yang dihadapi Riedl dalam skuad Indonesia pun berbeda di tiap Piala AFF pada 2010, 2014, dan 2016.

Pada 2010 dengan status Indonesia sebagai tuan rumah bersama dengan Vietnam target utama adalah mencapai final dan Riedl mampu melakukannya dengan hebat.

Riedl mengombinasikan nama-nama berpengalaman dengan pemain-pemain muda serta mereka yang baru mendapatkan kewarganegaraan Indonesia (Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales) menjadi kekuatan besar.

Timnas Indonesia di Piala AFF 2010
Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 / ADEK BERRY/Getty Images

Indonesia memuncaki klasemen grup A yang berisikan Malaysia, Thailand, dan Laos melalui kemenangan 5-1 kontra Malaysia, 6-0 atas Laos, dan 2-1 kontra Thailand. Laju Indonesia tak terbendung di semifinal.

Dalam sistem laga dua leg Indonesia menang 1-0 di leg pertama dan juga kedua (agregat gol 2-0). Kedua gol itu dilesakkan oleh Cristian Gonzales. Sayang di final dalam dua sistem leg Indonesia kalah agregat gol 2-4 pasca kalah 0-3 di Malaysia meski menang di leg dua dengan skor 2-1.

Lanjut pada 2014 Riedl dengan rendah hati menangani Timnas Indonesia selepas konflik dualisme. Singapura dan Vietnam menjadi tuan rumah dan Indonesia berada di grup A yang berisikan Vietnam, Filipina, dan Laos.

Piala AFF 2014
Piala AFF 2014 / STR/Getty Images

Kali ini situasinya berbalik 180 derajat dari 2010. Indonesia gagal lolos ke fase gugur setelah finish di urutan tiga klasemen setelah imbang 2-2 dari Vietnam, menang 5-1 atas Laos, kalah 0-4 dari Filipina, dan menang 5-1 atas Laos.

Barulah pada 2016 Opa - untuk ketiga kalinya - menerima tawaran melatih Indonesia. Opa datang dalam kondisi tersulit usai sanksi FIFA dicabut dari Indonesia setelah adanya konflik antara Kemenpora dan PSSI.

Bisa dikatakan itu momen tersulit bagi Indonesia setelah vakum di ranah internasional. Apalagi di kala Piala AFF 2016 bergulir kompetisi - yang berjalan tidak resmi - ISC (Indonesia Soccer Championship) 2016 juga tetap berjalan.

Klub menolak melepas beberapa pemain andalannya hingga PSSI dan Timnas Indonesia mengalah: tiap klub hanya bisa melepas dua pemain yang dipanggil Timnas. Bukan situasi yang mudah bagi Riedl, tapi Opa sudah paham kultur Indonesia.

Indonesia bukan kekuatan yang diperhitungkan dalam kondisi tersebut. Akan tetapi Riedl justru meracik skuad terbaiknya di tengah situasi sulit Indonesia tersebut.

Timnas Indonesia di Piala AFF 2016
Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 / HOANG DINH NAM/Getty Images

Evan Dimas, Stefano Lilipaly, Andik Vermansyah, Boaz Solossa, Hansamu Yama, Rizky Pora, merupakan beberapa nama yang dipanggil masuk skuad Indonesia.

Hasilnya pun fantastis. Di luar dugaan Indonesia lolos dari grup maut A yang berisikan Thailand, Singapura, dan Filipina (tuan rumah) sebagai runner-up. Meski kalah 2-4 dari Thailand di laga pertama, Indonesia imbang 2-2 kontra Filipina di laga kedua dan menang 2-1 atas Singapura di laga terakhir.

Di semifinal Indonesia mengalahkan kandidat juara Vietnam dengan agregat gol total 4-3 usai menang 2-1 di leg satu dan imbang 2-2 di leg kedua. Harapan juara untuk kali pertama pun sempat muncul tatkala di leg satu final menang 2-1 atas Thailand di Indonesia.

Sayang ketika bermain Bangkok, Thailand, Indonesia kalah 0-2 dari gol Siroch Chatthong hingga akhirnya gagal menjadi juara. Tapi di ajang tersebut bintang sesungguhnya adalah Alfred Riedl. Tidak mudah membentuk skuad dalam kondisi sulit yang dialaminya itu.

Opa Riedl tidak sekedar membentuk skuad tapi juga mencapai pencapaian terbaik ke final ketika Indonesia tak diunggulkan. Riedl tahu bagaimana permainan nyaman Indonesia: serangan dari sisi sayap, permainan bola langsung, dan tidak lama menguasai bola.


"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya Coach Alfred Riedl," demikian ucapan legenda Timnas Indonesia dan Persija Jakarta, Bambang Pamungkas di Instagram.

View this post on Instagram

?? . Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Turut berduka cita yg sedalam-dalamnya atas berpulangnya Coach Alfred Riedl. Alfred adalah sosok yang tegas, solid, dan selalu menilai segala sesuatu secara fair. Saya harus jujur, jika selama Alfred memegang kendali tim nasional bukanlah masa-masa terbaik saya. Namun sebagai pribadi maupun pesepakbola, saya banyak belajar tentang apa itu etos kerja, dan profesionalisme. Siapa pun yang pernah bekerja sama dengan Alfred saya yakin merasakan hal yang sama. Terima kasih untuk semua yang telah engkau berikan bagi sepak bola Indonesia. Doa terbaik untuk almarhum, dan keluarga yg ditinggalkan ? . #SelamatJalan #AlfredRiedl #TerimaKasih . Photo by @pssi . ••••

A post shared by • Bambang Pamungkas • (@bepe20) on

"Alfred adalah sosok yang tegas, solid, dan selalu menilai segala sesuatu secara fair. Saya banyak belajar tentang apa itu etos kerja, dan profesionalisme. Siapa pun yang pernah bekerja sama dengan Alfred saya yakin merasakan hal yang sama."

Eks pemain, pemain, staf pelatih, figur-figur sepak bola Indonesia, dan kami selaku fans sepak Bola Indonesia mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa Anda, Opa Alfred Riedl. Rest in peace.