Thomas Tuchel Berhasil Melakukan Revolusi di Chelsea - Opini
Oleh Amanda Amelia
Ekspektasi tinggi disematkan publik pada Chelsea di musim 2020/21, bukan hanya karena mereka berhasil menutup musim sebelumnya di posisi empat besar, klub asal London tersebut juga terlihat aktif di bursa transfer musim panas, dana yang diprediksi mencapai angka 200 juta poundsterling dikeluarkan untuk merekrut tujuh pemain baru.
Sempat tampil konsisten di awal musim, performa tim mulai terlihat menurun di bulan Desember, Mateo Kovacic dkk hanya meraih tiga kemenangan dari delapan laga.
Sempat kembali ke jalur kemenangan saat mengalahkan Luton Town dengan skor 3-1 pada 24 Januari silam, pihak klub akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan Frank Lampard tepat satu hari setelah pertandingan. Thomas Tuchel langsung ditunjuk sebagai pelatih anyar dan menandatangani kontrak selama 18 bulan.
Penunjukkan Tuchel sebagai pelatih Chelsea tentu memunculkan berbagai komentar, saya termasuk pihak yang merasa heran dan sempat bertanya-tanya, 'Mengapa Tuchel?' tapi sepertinya kini banyak pihak termasuk saya sendiri harus menarik ucapan tersebut.
Di bawah arahannya, permainan Chelsea terlihat lebih enak ditonton, taktik dan strategi yang digunakan mantan pelatih Paris Saint-Germain itu juga jelas. Menggunakan formasi 3-4-3, kini klub asal London tersebut masih belum terkalahkan dalam 14 pertandingan sekaligus sudah mengunci satu tempat di perempat final Liga Champions dan terakhir semifinal Piala FA.
Taktik dan strategi Tuchel pun sepertinya disukai dan mudah dimengerti pemain, hal ini juga dikonfirmasi oleh Jorginho.
"Pelatih (Thomas Tuchel) ingin kami bisa mengontrol pertandingan, bermain sekaligus membangun serangan dari belakang, meski sedang berada dalam tekanan. Saya senang dan bisa menikmati strategi tersebut. Itu juga menjadi hal yang bagus bagi karakter permainan saya, ketimbang memainkan bola-bola panjang," Jorginho.
Kedatangan Tuchel awalnya memang diharapkan bisa membantu performa dua pemain Jerman yang dibeli Chelsea di musim panas 2020 lalu, Kai Havertz dan Timo Werner, walau masih kesulitan membobol gawang lawan, kedua pemain di atas sudah mulai menunjukkan peningkatan performa.
Havertz yang sebelumnya lebih sering menempati bangku cadangan, kini berhasil mengamankan satu tempat di starting XI dan menempati posisi berbeda. Dalam beberapa laga terakhir, eks pemain Bayer Leverkusen tersebut dipasang sebagai false nine atau penyerang semu, hasilnya pun cukup memuaskan. Dia jadi mimpi buruk lini belakang lawan dan beberapa kali turut andil dalam gol yang dicetak timnya.
Bukan hanya mengembalikan The Blues menjadi klub yang terus meraih kemenangan, Thomas Tuchel juga berhasil merevolusi skuad. Pemain-pemain yang sebelumnya tidak masuk dalam skema permainan Lampard seperti Marcos Alonso dan Antonio Rudiger berhasil kembali ke starting XI.
Keduanya bahkan menjadi pemain penting, khusus Rudiger, dia menjadi pemain penting di jantung pertahanan dan membantu Edouard Mendy hanya kebobolan dua gol. Menariknya, salah satu gol yang bersarang di gawangnya adalah gol bunuh diri yang dia lakukan saat melawan Sheffield United, 8 Februari silam, sementara satu-satunya pemain yang sukses mencetak gol ke gawang The Blues adalah Takumi Minamino (di pertandingan Southampton vs Chelsea) 20 Februari lalu.
Walau datang di tengah-tengah musim dan ini menjadi musim perdananya di Inggris, kinerja Thomas Tuchel jelas layak mendapatkan acungan jempol, dia berhasil mengubah Chelsea dalam waktu singkat dan membuat klub yang bermarkas di Stamford Bridge tersebut kembali menjelma jadi tim kuat dan disegani.
Pelatih berusia 47 tahun itu juga sama sekali tak mengistimewakan pemain dan menentukan starting XI berdasarkan performa dan kebutuhan tim. Tak jarang, jika pemainnya tak tampil optimal, Tuchel sama sekali tak ragu untuk menggantinya. Tammy Abraham hanya bermain 45 menit di pertandingan melawan Burnley dan Southampton, sementara Callum Hudson-Odoi hanya tampil selama 20 menit dan digantikan Hakim Ziyech saat melawan The Saints, padahal dirinya baru masuk di menit ke-46 menggantikan Abraham.
Bukan hanya Tammy Abraham dan Callum Hudson-Odoi, Hakim Ziyech yang di era kepelatihan Lampard selalu tampil sejak menit pertama, juga sempat lebih banyak menempati bangku cadangan, namun pemain asal Maroko tersebut tak menyerah dan berhasil membuktikan kualitasnya dengan mencetak dua gol di dua laga beruntun, yakni melawan Atletico Madrid di Liga Champions dan Sheffield United di Piala FA.
'Pekan-pekan awal pasca kedatangan Thomas Tuchel menjadi saat-saat yang sulit, namun saya tahu kualitas yang saya miliki dan takkan pernah menyerah," Hakim Ziyech.
Dari penjabaran di atas, sepertinya bisa ditarik kesimpulan bahwa The Blues sudah mengambil keputusan yang tepat dengan menunjuk Thomas Tuchel. Pria kelahiran Krumbach, Jerman tersebut sukses merevolusi skuad Chelsea dan mengembalikan klub milik Roman Abramovich tersebut kembali menjadi klub yang kuat dan disegani tim lawan.
Menarik untuk melihat bagaimana performa Mason Mount dan kawan-kawan di sisa musim 2020/21, terlebih mereka sudah lolos ke perempat final Liga Champions dan semifinal Piala FA, andai perjalanan tim mulus sampai akhir dan meraih dua gelar berbeda, maka Tuchel akan menyamai kesuksesan yang diraih Roberto Di Matteo pada musim 2011/12 silam.